
Salingka Media – Langit sore di Padang berubah kelabu ketika kabar duka menyelimuti warga Ulak Karang Utara, Jumat (25/4). Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, Fares Destrija, pelajar kelas 6 SDN 06 Kampung Lapai, ditemukan dalam kondisi mengenaskan setelah tertabrak kereta api di kawasan Jalan Atlas I, tak jauh dari Kantor Pemuda.
Fares baru saja menyelesaikan ujian praktik salat jenazah di sekolahnya pada pagi hari. Guru Pendidikan Agama Islam, Ummi Suhaimi, masih mengingat jelas bagaimana Fares dengan antusias meminta menjadi peserta pertama dalam ujian itu. Ia memperoleh nilai 24 dari total 25, nilai yang tinggi dan mencerminkan ketekunan serta pemahamannya. Tak ada yang menyangka, praktik itu menjadi pertanda kepergiannya yang begitu cepat.
Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 17.26 WIB. Berdasarkan keterangan dari Kapolsek Padang Utara, AKP Yuliadi, kereta Bandara Minangkabau Ekspres tengah melaju dari arah Padang menuju Bandara Internasional Minangkabau. Palang perlintasan rel di kawasan Lapai sudah dalam posisi tertutup oleh petugas PJL bernama Fero F (27), namun Fares yang berjalan kaki dari arah lapangan bola dekat Gardu KAI tampaknya tidak menyadari kehadiran kereta tersebut.
“Korban tersenggol kereta saat melintasi rel. Ia diduga tidak melihat atau mendengar suara kereta yang mendekat,” ujar AKP Yuliadi dalam keterangannya. Fares sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong. Ia dinyatakan meninggal oleh tim medis tak lama setelah tiba di sana.
Kabar duka ini sontak mengguncang keluarga dan lingkungan sekolah. Ayah korban, Syahrial (53), tiba di rumah sakit dalam keadaan terpukul dan tak kuasa menahan tangis. Jenazah sang anak dibawa pulang ke rumah duka di Jalan Jhoni Anwar, Kelurahan Kampung Lapai, sekitar pukul 18.50 WIB untuk dimakamkan.
PT KAI Divre II Sumatera Barat melalui Kepala Humas-nya, Reza Shahab, menyampaikan duka mendalam atas insiden ini. “Kami sangat menyesalkan terjadinya kecelakaan di lintasan rel. Ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya keselamatan di sekitar jalur kereta api,” tuturnya.
Kehilangan Fares menjadi luka yang dalam bagi guru dan teman-teman sekolahnya. Sosoknya dikenal tenang, sopan, dan berprestasi. Kepergian anak yang sempat berdiri paling depan saat praktik salat jenazah itu, kini justru menjadi jenazah pertama yang diantar doa oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya.