Salingka Media – Di antara keistimewaan yang dianugerahkan kepada para wali Allah adalah kemampuan untuk mengetahui kapan ajal akan menjemput, baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain. Kisah menakjubkan ini datang dari seorang wali terkenal, Syeikh Bakr Al-Madzdub, yang hidup di kota Nablus, Palestina. Tiga hari sebelum kepergiannya, ia melakukan tindakan yang mengejutkan masyarakat.
Syeikh Bakr melakukan perjalanan ke desa Al-Haram, tempat dimakamkannya Syeikh Ali bin Alim Al-Harami, seorang wali Allah yang sangat dihormati. Tanpa diduga, Syeikh Bakr mulai menggali sebuah liang lahat di samping makam Syeikh Ali bin Alim, yang langsung menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk. Hal ini karena makam Syeikh Ali bin Alim dianggap sakral dan dijaga dengan penuh hormat oleh warga sekitar.
Banyak warga yang menilai tindakan Syeikh Bakr sebagai bentuk ketidaksopanan terhadap wali Allah. Namun, Syeikh Bakr dengan tenang menjelaskan bahwa liang lahat yang ia gali adalah untuk dirinya sendiri, karena ia akan meninggal tiga hari lagi. Pernyataannya mengundang pro dan kontra di kalangan warga; sebagian percaya, namun tak sedikit yang meragukan kebenaran ucapannya.
Dalam menghadapi keraguan tersebut, Syeikh Bakr menantang masyarakat. Ia mengatakan bahwa jika benar dirinya wafat dalam tiga hari, mereka harus memakamkannya di liang lahat yang telah ia gali. Namun, jika ia tidak meninggal, mereka berhak menuduhnya sebagai pendusta dan menganggapnya tidak menghormati wali Allah.
Tiga hari berselang, tepat seperti yang dikatakan oleh Syeikh Bakr, beliau wafat. Masyarakat setempat kemudian berbondong-bondong untuk memakamkannya di tempat yang telah ia persiapkan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1310 Masehi, dan menjadi salah satu bukti nyata dari karamah Syeikh Bakr Al-Madzdub.
Kisah Lain: Syeikh Mulla Husain Sisemi
Kisah serupa juga terjadi pada seorang ulama sufi dari Shirvan, Turki, bernama Syeikh Mulla Husain Sisemi. Beliau telah menggali kuburnya sendiri sejak muda dan setiap hari mengisi waktunya dengan membaca Al-Quran serta berdzikir di dalam liang lahat tersebut sebagai persiapan menghadapi kematian.
Sumber: Buku “Kumpulan Kisah Keramat Para Wali” karya Habib Yunus bin Ali Al-Muhdhar, halaman 280.