Hussein al-Sheikh: Figur Kontroversial di Balik Suksesi Palestina

https://international.sindonews.com/read/1560277/43/siapa-hussein-al-sheikh-calon-kuat-pemimpin-palestina-yang-dituding-sebagai-tangan-kanan-zionis-1745741042/20

Salingka Media – Di tengah aroma ketidakpastian yang terus menggantung di langit Palestina, sebuah langkah besar baru saja diambil: Presiden Mahmoud Abbas resmi menunjuk Hussein al-Sheikh, orang kepercayaannya, sebagai wakil presiden pertama Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Bagi banyak pengamat, sinyal ini lebih dari sekadar formalitas politik—ia bisa jadi pembuka jalan menuju suksesi yang telah lama dipertanyakan.

Bicara soal Hussein al-Sheikh, sosok satu ini memang bukan pemain baru. Lahir dari rahim perlawanan di tanah Palestina, ia tumbuh di dalam gejolak konflik yang berkepanjangan. Usianya kini 64 tahun, dan karirnya penuh warna, termasuk lebih dari satu dekade mendekam di penjara Israel pada era 70-80-an. Waktu di balik jeruji itu, anehnya, memberinya modal besar: kefasihan berbahasa Ibrani yang kelak menjadi aset dalam diplomasi rumit kawasan ini.

Masuk ke dunia politik, Al-Sheikh dikenal sebagai figur sentral dalam Fatah, partai politik yang sudah puluhan tahun mendominasi Otoritas Palestina (PA). Perannya sebagai Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif PLO dan kepala urusan diplomasi Palestina jelas menggambarkan betapa besar pengaruhnya. Bahkan, ia dipercaya untuk mengawasi hubungan luar negeri Palestina—peran yang tentu saja menempatkannya langsung dalam sorotan internasional.

Baca Juga :  Indonesia Kokohkan Posisi Lumbung Pangan Global: Ekspor Jagung 1.200 Ton ke Malaysia

Namun jangan salah, nama besar tak selalu berbanding lurus dengan popularitas di rumah sendiri. Banyak warga Palestina memandang sinis pada Fatah, partai yang dinilai semakin jauh dari denyut nadi rakyat biasa. Tak sedikit pula yang mencibir Hussein al-Sheikh sebagai bagian dari “elit tua” yang lebih sibuk mempertahankan kekuasaan ketimbang membawa perubahan nyata.

Dan memang, urusan kekuasaan bukan hal baru baginya. Sebagai kepala urusan sipil di Otoritas Palestina, al-Sheikh mengontrol izin-izin vital—mulai dari perjalanan hingga perawatan medis ke Israel. Posisi ini memberinya kekuatan politik yang luar biasa… sekaligus membungkus dirinya dalam kontroversi. Di mata sebagian orang, ia lebih mirip manajer lokal Israel daripada pejuang kemerdekaan Palestina.

Baca Juga :  Bareskrim Sita Duit Rp338 Miliar dari Pencucian Uang Kasus Narkotika dan Obat Ilegal

Isu hubungan dekat dengan Israel pun tak bisa dihindari. Bagi pejabat Israel, Hussein al-Sheikh adalah “pemain positif” yang membantu menjaga stabilitas di Tepi Barat. Tapi bagi banyak rakyat Palestina, label itu justru mencoreng reputasinya. Tak jarang ia dijuluki “tangan kanan Zionis”, sebuah stigma berat yang susah dilepaskan.

Menariknya, meskipun citra domestiknya tercoreng, di arena internasional ia justru makin kokoh. Hussein dikenal memiliki jaringan yang kuat di berbagai negara Teluk dan Amerika Serikat. Baru-baru ini, ia bahkan tercatat bertemu dengan utusan Timur Tengah Presiden AS di Arab Saudi—menunjukkan betapa ia serius membangun diplomasi di level atas.

Meski kini disebut-sebut sebagai penerus Abbas, posisi al-Sheikh sebenarnya masih jauh dari aman. Semua keputusan besar tetap ada di tangan Abbas, yang bisa saja sewaktu-waktu mencopotnya. Dan kalaupun Abbas lengser, jalan al-Sheikh menuju kursi kepresidenan harus melewati medan penuh ranjau politik: Komite Eksekutif PLO, yang dihuni banyak rival haus kekuasaan.

Tinggalkan Balasan