
Salingka Media – Ada kabar hangat dari kawasan Asia Timur dan Tenggara. Perdana Menteri China, Li Qiang, disebut bakal menyambangi Indonesia menjelang akhir Mei 2025. Kabar ini diungkap langsung oleh Menteri Luar Negeri Wang Yi dalam pertemuan di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing, awal pekan ini.
Pertemuan itu bukan pertemuan sembarangan. Digelar dalam format 2+2—yang mempertemukan dua menteri luar negeri dan dua menteri pertahanan dari masing-masing negara—Indonesia dan Cina tampaknya ingin menggenjot kemitraan strategis yang lebih erat. Terutama di tengah dinamika geopolitik yang makin cair.
Wang Yi, dalam pernyataannya, mengisyaratkan bahwa lawatan Li Qiang ke Jakarta tidak lepas dari dorongan untuk menyeimbangkan kerja sama kawasan. Malaysia saat ini memang sedang memimpin ASEAN dan tengah mempersiapkan pertemuan penting ASEAN-GCC-China. Namun bagi Beijing, hubungan dengan Indonesia tetap krusial.
“Meski kami mendukung inisiatif Malaysia, kami juga ingin memperkuat ikatan dengan Indonesia,” ucap Wang Yi sembari menegaskan keinginan China untuk menjaga dinamika dialog bilateral tetap hidup dan produktif.
Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, ini bakal jadi kunjungan pertama PM Li Qiang setelah Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden RI. Terakhir kali Li menginjakkan kaki di Indonesia adalah saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada September 2023.
Tapi, bukan cuma soal kunjungan. Dalam forum 2+2 itu, kedua negara sepakat menjalin kerja sama di berbagai sektor. Termasuk soal hukum, keamanan, maritim, bahkan perlucutan senjata. Sebuah nota kesepahaman juga ditandatangani oleh Menlu Sugiono dan Wang Yi—menandai dimulainya dialog strategis komprehensif antar kedua negara.
“Dengan dibentuknya CSD, kita menciptakan ruang diskusi yang lebih tajam dan terfokus untuk menjawab tantangan bilateral. Mulai dari ekonomi, politik, hingga keamanan,” terang Sugiono, Menlu RI, yang terlihat akrab saat berbincang dengan Wang Yi.
Di bidang keamanan siber dan kejahatan lintas negara, kerja sama juga akan diperkuat. Bahkan, koordinasi antara Badan Keamanan Laut RI dan China Coast Guard turut masuk ke dalam agenda besar.
Kerja sama maritim menjadi sorotan tersendiri. Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya kerja konkret yang bisa dirasakan langsung masyarakat dan berkontribusi pada stabilitas kawasan.
Menariknya, tahun ini juga jadi momen penting: 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Cina dan 70 tahun peringatan Konferensi Asia-Afrika. Kedua negara sepakat menjadikan ini sebagai momentum mempererat kerja sama di forum global seperti PBB, BRICS, dan G20.
Wang Yi juga menegaskan posisi Cina sebagai mitra strategis yang menolak proteksionisme dan ingin mendorong integrasi kawasan yang adil dan terbuka.
“Cina ingin jadi mitra yang bisa diandalkan, bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga bagi Global South secara umum,” kata dia, menyampaikan pesan dengan gaya diplomatik yang khas namun cukup terbuka.