
Salingka Media – Suara publik sedang gaduh. Kasus dugaan pelecehan seksual oleh seorang dokter kandungan di Bandung bikin banyak orang waswas. Rumah sakit yang biasanya jadi tempat paling aman untuk mencari kesembuhan, mendadak bikin orang bertanya: masih amankah ruang pemeriksaan?
Nah, di tengah situasi ini, RSUP M Djamil Padang rupanya nggak nunggu ribut-ribut dulu baru bertindak. Mereka langsung pasang badan. Dalam sebuah konferensi pers, Senin (21/4), Direktur Utama RSUP M Djamil, dr. Dovy Djanas, bicara lugas: “Kami nggak mau kecolongan. Etika medis itu harga mati.”
Langkah yang diambil pun nggak main-main. Pertama-tama, pihak rumah sakit bakal menyegarkan ulang regulasi pendidikan kedokteran yang sudah ada. Ya, kadang aturan itu seperti manual mobil—ada, tapi jarang dibaca. Kini, mereka ingin semua staf, termasuk yang masih belajar, tahu batas-batas profesional yang nggak bisa ditawar.
Yang cukup menarik, ada juga rencana pembentukan Komite Pendidikan. Fungsinya? Jadi semacam satpam etika. Komite ini bakal mengawasi proses pendidikan medis, termasuk relasi dokter dan pasien yang kerap berada di zona rentan.
“Bukan cuma soal prosedur, ini tentang menciptakan rasa aman. Baik buat pasien maupun tenaga medisnya sendiri,” ujar dr. Dovy.
Tapi yang bikin makin terasa “serius”, RSUP M Djamil juga buka kanal pengaduan buat masyarakat luas. Nomornya? 0811-6662-123. Siapa saja—entah pasien, keluarga pasien, atau bahkan sesama staf rumah sakit—boleh melapor kalau melihat atau mengalami sesuatu yang janggal.
Nggak pakai ribet. Cukup kirim pesan lewat WhatsApp, laporan akan ditindaklanjuti. “Kami ingin rumah sakit ini jadi ruang terbuka. Siapa pun bisa bicara, dan akan didengar,” lanjutnya.
Seorang petugas administrasi yang enggan disebutkan namanya juga menambahkan, “Langkah ini bikin kami merasa lebih dilindungi. Kadang kita sendiri bingung harus ngadu ke mana.”
Langkah ini, memang, bukan solusi akhir. Tapi paling tidak, ini sinyal jelas bahwa RSUP M Djamil tak ingin hanya jadi penonton ketika profesi dokter diguncang krisis kepercayaan.