Iran Menyindir Netanyahu: Tuding PM Israel Atur Jalannya Perundingan Nuklir AS

 

Dok. Humas

Salingka Media – Ketika panasnya meja perundingan di Oman belum sepenuhnya mendingin, Iran tiba-tiba menyalakan bara baru. Pada Senin (28/4/2025), Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi tak ragu menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berusaha mendikte arah diplomasi Amerika Serikat dalam isu nuklir Iran.
“Benar-benar mencolok! Netanyahu sekarang terang-terangan ingin mengatur langkah Presiden Trump,” semprot Araghchi dalam sebuah pernyataan keras di platform X.

Sentimen ini dilontarkan tak lama setelah Netanyahu, sehari sebelumnya, mendesak agar kesepakatan nuklir antara Washington dan Teheran benar-benar menyingkirkan kemampuan Iran memperkaya uranium. Bahkan, pria asal Yerusalem itu menuntut agar program rudal balistik Iran ikut dibekukan. Ambisi besar, tentu saja, tapi di mata Iran, tuntutan ini terasa lebih sebagai campur tangan ketimbang sekadar kekhawatiran.

Baca Juga :  Tragedi Helikopter Presiden Iran, Penggunaan Teknologi Usang dalam Transportasi Pemerintah

Sementara dunia menahan napas, di ruang-ruang diplomatik, delegasi Iran dan AS baru saja menyelesaikan putaran ketiga pembicaraan yang berlangsung sejak 12 April lalu. Konon, menurut keduanya, ada sedikit sinar kemajuan. Tapi ya, begitulah diplomasi: banyak basa-basi, sedikit kepastian.
Di sisi lain, Araghchi buru-buru mengingatkan, bahwa ruang negosiasi seharusnya hanya membahas dua hal: program nuklir Iran dan pencabutan sanksi. Titik. Urusan rudal atau isu pertahanan? Bagi Iran, itu masuk kategori “bukan urusan siapa-siapa”.

Tak mau ketinggalan, Garda Revolusi Iran (IRGC) juga ikut angkat suara. Menurut mereka, kekuatan militer Iran adalah urusan domestik yang tak akan pernah mereka tawar-tawar di atas meja perundingan, apapun tekanannya.

Tegasnya Iran ini bukan tanpa latar belakang. Menurut laporan dari kantor berita IRNA, isu kedaulatan regional dan program rudal balistik sudah lama menjadi “garis merah” buat Teheran — garis yang, kalau dilangkahi, siap-siap saja berhadapan dengan konsekuensi besar.

Baca Juga :  Solusi Wisata Gunung Padang yang Mengalami Penurunan Drastis

Sementara itu di sisi lain dunia, di lorong-lorong Gedung Putih, Presiden Trump dan Netanyahu sudah sepakat bulat: Iran tak boleh, dan tidak akan, memiliki senjata nuklir. Kesepakatan itu diumumkan Netanyahu saat jumpa pers di Washington pada 8 April 2025, disampaikan dengan lugas dalam bahasa Ibrani — sebuah gestur simbolis yang tak kalah keras dari pernyataannya sendiri.

Dan ya, tak hanya AS dan Israel yang merasa gelisah. Sejumlah negara Barat lain pun sejak lama mencurigai bahwa Iran punya agenda tersembunyi di balik program nuklirnya. Meski demikian, Teheran tetap konsisten menyangkal. Bagi mereka, nuklir adalah untuk energi, untuk riset, dan — kalau boleh bicara — untuk martabat nasional, bukan senjata pemusnah massal.

Baca Juga :  Bantuan BSI dan Apical Group untuk Penanggulangan Bencana di Sumbar

Maka dari itu, ketika Netanyahu melontarkan tuntutannya, bagi Iran, semua itu terasa lebih seperti drama lama yang diulang lagi, daripada kenyataan baru yang layak digubris.

Tinggalkan Balasan