Asal Usul dan Filosofi Rendang yang Membuatnya Identik dengan Islam

Asal Usul dan Filosofi Rendang yang Membuatnya Identik dengan Islam
Asal Usul dan Filosofi Rendang yang Membuatnya Identik dengan Islam | Foto : Own work Author Icfam90

Salingka Media – Rendang merupakan salah satu kuliner yang paling populer di Indonesia. Bahkan, makanan ini dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia.

Di Indonesia, popularitas rendang berkembang pesat dengan budaya merantau dari Minang, Sumatera Barat. Tak diragukan lagi, rendang merupakan makanan yang digandrungi oleh semua lapisan masyarakat.

Kepopulerannya juga semakin tak terbendung dengan berkembangnya Rumah Makan Padang atau Warung Padang. Bisnis kuliner ini tak sengaja memunculkan istilah baru Nasi Padang.

Makanan khas Nasi Padang dengan gulai, sayur dan sambal padang begitu bersahabat dengan lidah kebanyakan orang Indonesia. Tak heran jika orang langsung jatuh cinta dan menjadi penggemar nasi padang, meski baru beberapa kali mencicipinya.

Salah satu komponen penting nasi padang yang kita kenal adalah rendang. Kini, bahan rendang tidak hanya sebatas daging. Semua bahan bahkan bisa dimasak dengan bumbu rendang.

Bagaimana identitas ini muncul?

Rendang, seperti dikutip dari Wikipedia, memiliki tempat khusus dalam budaya Minang. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat yaitu musyawarah dan mufakat yang berangkat dari empat bahan utama yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang.

Secara simbolis, dagiang (daging sapi) melambangkan “niniak mamak” (pemimpin adat), karambia (kelapa) melambangkan “cadiak pandai” (cendekiawan), lado (cabe) melambangkan “alim ilam” yang teguh dalam mengajarkan hukum agama, dan juru masak (bumbu) melambangkan seluruh masyarakat Minangkabau.

Baca Juga :  Historical Tugu Tigo Tungku Sajarangan atau Tugu Simpang Haru Kota Padang

Dalam tradisi Minangkabau, rendang merupakan hidangan yang wajib disajikan pada setiap perayaan adat, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau penyambutan tamu kehormatan.

Dalam tradisi melayu, baik di Riau, Jambi, Bengkulu, Palembang, Lampung, Medan atau Semenanjung Melayu, rendang merupakan hidangan khas yang disajikan pada acara khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji atau acara keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

Asal usul rendang adalah dari Sumatera, khususnya dari Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak lama dan menjadi hidangan tradisional yang disajikan di berbagai acara adat dan hidangan sehari-hari.

Rendang sebagai makanan tradisional diyakini telah lahir sejak masyarakat Minang pertama kali mengadakan acara adat. Selanjutnya, seni memasak ini berkembang ke daerah pendatang lain yang berbudaya Melayu; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga negara-negara lain di Negeri Sembilan yang banyak ditinggali para pendatang Minangkabau.

Oleh karena itu, rendang dikenal luas baik di Sumatera maupun Semenanjung Melayu. Sejarawan Universitas Andalas, Prof. dr. Gusti Asnan menduga rendang menjadi hidangan umum sejak masyarakat Minang mulai bermigrasi dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16.

Baca Juga :  Antisipasi Kekurangan Stok Darah Di Pasbar PMI Sungai Aur Gelar Sosialisasi Donor Darah

“Karena perjalanan melintasi sungai itu panjang, rendang mungkin menjadi pilihan yang tepat sebagai bekal saat itu.”

Hal ini karena rendang kering sangat awet, bisa disimpan berbulan-bulan, sehingga cocok sebagai bekal dalam perjalanan atau perjalanan bisnis.

Rendang juga disebut dalam sastra Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah, membuktikan bahwa rendang dikenal dalam masakan Melayu dari tahun 1550-an (pertengahan abad ke-16).

Kelahiran rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, seperti rempah-rempah dari India yang diperoleh para pedagang dari Gujarat, India. Karena terus diaduk, rendang identik dengan warna hitam dan tidak berkuah.

Rendang semakin terkenal dan menyebar jauh melampaui wilayah asalnya karena budaya migrasi Minangkabau. Orang Minang yang merantau di luar pekerjaan sebagai karyawan atau berbisnis, banyak di antara mereka yang menjadi pengusaha membuka rumah makan Padang di seluruh nusantara, bahkan di negara tetangga hingga Eropa dan Amerika.

Rumah makan ini sudah banyak memperkenalkan rendang dan masakan Minangkabau lainnya. Kepopuleran rendang membuat rendang dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat satu daftar CNN International  50 Makanan Terlezat Dunia (50 Most Delicious Foods) 2011.

Selain acara adat, rendang juga menjadi menu pilihan saat mengolah daging kurban yang melimpah saat Idul Adha.

Baca Juga :  Pepatah Petitih Minangkabau yang Tersirat oleh : Alm. Idrus Hakimy Dt. Rajo Panghulu

Rendang juga merupakan makanan yang disajikan khusus untuk Idul Fitri. Rendang juga menjadi salah satu barang bantuan yang dikirim Pemprov Sumbar sebagai bantuan sembako untuk korban bencana di daerah lain. Hal ini pertama kali dilakukan pada tahun 2016 saat terjadi gempa Pidie Jaya di Aceh, dan juga saat gempa Lombok tahun 2018 lalu.

Rendang disajikan dengan daun singkong, telur dadar, dan saus kari dalam hidangan Nasi Rama Padang. Saat memasak daging berbumbu dalam santan, melihat kandungan cairan santan, sebenarnya ada tiga langkah, dari yang paling basah hingga yang paling kering: gulai – kalio – rendang.

Dari pengertian tersebut, rendang sejatinya adalah rendang cair yang paling rendah. Namun, secara umum dikenal ada dua jenis rendang: kering dan basah. Rendang biasanya dibuat dengan daging sapi atau kerbau. Namun ada juga rendang ayam, ikan dan sebagainya dalam perkembangannya.

Dapatkan update berita salingkamedia.com di akun facebook salingka media @salingkamedia serta ikuti juga kami di Google News pada link ini Salingka Media Google News

Referensi : liputan6.com, wikipedia, saribundo

Tinggalkan Balasan