
Salingka Media – Insiden tragis yang melibatkan anak di bawah umur selalu menyisakan duka mendalam dan memicu pertanyaan besar mengenai aspek keselamatan. Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan peristiwa mencekam di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, di mana seorang remaja berusia 14 tahun nyaris kehilangan nyawa akibat tersengat arus listrik bertegangan tinggi. Korban yang diketahui bernama Reyhan, seorang remaja disabilitas, ditemukan tergeletak lemah setelah memanjat tiang jaringan listrik di KM 25, Kepenghuluan Menggala Sakti, Kecamatan Tanah Putih.
Peristiwa nahas ini terjadi pada Senin, 27 Oktober 2025, dan menguak fakta yang sangat penting untuk diperhatikan: tindakan berbahayanya ternyata bukan yang pertama kali dilakukan. Pihak kepolisian setempat kini tengah berupaya keras untuk memastikan peristiwa serupa tidak akan terulang, terutama mengingat kondisi khusus yang dialami oleh Reyhan. Kasus ini menjadi alarm bagi seluruh pihak, mulai dari keluarga hingga operator jaringan, untuk meningkatkan pengawasan dan edukasi keselamatan.
Kronologi kejadian yang diungkap oleh pihak Kepolisian Resor (Polres) Rokan Hilir memberikan gambaran detik-detik mengerikan yang dialami oleh Reyhan. Lokasi kejadian adalah tiang jaringan listrik yang berada di area operasional Pertamina Hulu Rokan (PHR). Menurut keterangan resmi dari Kasat Reskrim Polres Rohil, AKP I Putu Adijuniwinata, Reyhan ditemukan tergeletak dan dalam kondisi lemah setelah terkena sengatan listrik tegangan tinggi di tiang tersebut.
Hal yang membuat insiden ini semakin memprihatinkan adalah fakta bahwa Reyhan, remaja disabilitas ini, pernah melakukan aksi memanjat tiang yang sama sebelumnya. Dalam kejadian terdahulu, warga sekitar yang melihat aksinya bertindak cepat. Mereka segera menghubungi pihak PHR, meminta agar aliran listrik segera diputus, sehingga nyawa Reyhan berhasil diselamatkan.
“Dulu korban pernah memanjat tiang yang sama. Warga cepat tanggap waktu itu, listrik berhasil dimatikan sehingga korban selamat,” ujar AKP Putu, menjelaskan betapa beruntungnya Reyhan pada peristiwa yang lalu. Intervensi cepat dari masyarakat dan koordinasi dengan operator listrik menjadi kunci penyelamatan.
Sayangnya, keberuntungan tidak berpihak pada Reyhan pada kejadian terakhir. Peristiwa yang terulang pada Senin pagi itu berujung lebih tragis karena tidak ada warga yang menyaksikan secara langsung saat bocah tersebut kembali memanjat tiang bertegangan tinggi. Ketiadaan saksi mata di momen krusial inilah yang membuat Reyhan tidak bisa diselamatkan tepat waktu, menyebabkan korban harus menanggung dampak dari sengatan listrik.
“Pagi tadi kejadian terulang lagi, tapi tidak ada yang menyadari. Korban sudah ditemukan tergeletak dan lemah,” jelas AKP Putu. Keterlambatan penemuan ini sangat vital dan berpotensi menimbulkan cedera serius bagi korban.
Polisi menduga, alasan di balik tindakan berulang Reyhan adalah kondisi mentalnya. Reyhan diidentifikasi sebagai anak dengan disabilitas mental, sebuah faktor yang sangat mungkin membuatnya tidak menyadari risiko dan bahaya fatal yang dihadapinya saat memanjat tiang listrik tersebut. “Korban adalah anak dengan disabilitas mental, jadi kemungkinan besar ia tidak tahu risiko yang dihadapinya,” tambah AKP Putu. Kondisi ini menyoroti perlunya perhatian ekstra dan pengamanan ketat di lingkungan tempat tinggal individu dengan kebutuhan khusus.
Menyikapi insiden memprihatinkan ini, petugas kepolisian tidak hanya berfokus pada kronologi, tetapi juga mengambil langkah proaktif. Saat ini, kepolisian tengah berkoordinasi erat dengan pihak keluarga Reyhan dan pemerintah setempat untuk merumuskan langkah-langkah pendampingan khusus. Tujuannya sangat jelas: mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Upaya ini melibatkan koordinasi dengan instansi sosial dan pihak terkait untuk memberikan dukungan psikologis dan pengawasan lingkungan yang lebih baik bagi Reyhan dan keluarganya. Tragedi ini menjadi pengingat bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk pihak operator jaringan listrik, untuk mengevaluasi dan meningkatkan sistem pengamanan infrastruktur, terutama di area yang berpotensi dijangkau oleh anak-anak atau individu dengan kebutuhan khusus.





