Salingka Media, Jakarta – Para ilmuwan kembali memperingatkan dampak negatif perubahan iklim terhadap planet Bumi.
Mereka mengatakan iklim bumi berubah dengan cepat dan dapat mengakibatkan bencana global yang besar pada akhir abad ini.
Sebuah makalah baru diterbitkan di jurnal BioScience dan telah ditandatangani bersama oleh lebih dari 15.000 ilmuwan di 161 negara.
Puluhan ribu ilmuwan memperingatkan bahwa kehidupan di Bumi terancam dan bergerak semakin cepat.
“Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrem akibat kenaikan suhu global akibat aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer,” tulis surat kabar tersebut, dikutip dari Futurism, Rabu (1/11/2023 ).
“Sayangnya, waktunya sudah habis,” tambah penelitian tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, peneliti pascadoktoral Oregon State University (OSU) dan salah satu penulis utama studi Christopher Wolf mempresentasikan makalah tersebut sambil mengungkap strategi mitigasi utama.
“Kita sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosio-ekonomi serta dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan, dan air bersih,” kata Wolf.
Dalam studi tersebut, peneliti pascadoktoral OSU dan 11 rekan penulis lainnya memasukkan banyak poin data mengejutkan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023, banyak rekor iklim yang dipecahkan dengan selisih yang sangat besar.
Para penulis merujuk pada musim kebakaran hutan di Kanada yang sangat aktif pada tahun ini.
Para peneliti mengatakan bahwa peristiwa ini merupakan titik kritis menuju rezim kebakaran baru, yang bisa dibilang merupakan salah satu kalimat akademis paling menakutkan yang pernah ditulis.
Profesor kehutanan terkemuka di OSU, William Ripple, yang merupakan salah satu penulis studi tersebut, menambahkan bahwa tahun ini telah membawa pola yang sangat mengkhawatirkan.
Pola ini tentu saja bukan berita yang menggembirakan, karena manusia belum berbuat banyak untuk memperbaiki keadaan.
“Kami juga menemukan sedikit kemajuan untuk dilaporkan mengenai upaya umat manusia untuk memerangi perubahan iklim,” kata Ripple dalam sebuah pernyataan.
Seperti banyak ilmuwan sebelumnya, 12 penulis studi dan ribuan penandatangan studi ini tidak hanya menunjuk pada industri bahan bakar fosil yang sangat berpolusi.
Namun perwakilan pemerintah jugalah yang memberikan subsidi kepada mereka sebagai salah satu penyebab utama terjadinya efek bola salju iklim ini.
Menurut makalah tersebut, antara tahun 2021 dan 2022, subsidi bahan bakar fosil akan berlipat ganda dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun.
Perlu diketahui, angka ini hanya terjadi di Amerika Serikat, bukan negara lain.
“Kita harus mengubah perspektif kita mengenai darurat iklim dari isu lingkungan yang terisolasi menjadi ancaman yang sistemik dan eksistensial,” tulis para penulis makalah tersebut.
Para peneliti mengatakan beralih dari bahan bakar fosil dan memerangi konsumsi berlebihan oleh orang-orang kaya adalah hal yang harus dilakukan.
Dua hal pertama perlu dilakukan untuk mencegah bencana lebih lanjut sebelum abad ke-21 berakhir pada tahun 2100 atau 77 tahun.
(Hms)
(Intan Rakhmayanti Dewi)
Sumber : CNBC Indonesia