Salingka Media – Nabi Ibrahim AS adalah salah satu nabi besar yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah-Nya. Beliau dikenal sebagai Bapak Para Nabi karena dari keturunannya lahir banyak nabi dan rasul, termasuk Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Kisah hidup Nabi Ibrahim penuh dengan pelajaran tentang ketauhidan, ketaatan, dan ketabahan dalam menghadapi ujian dari Allah SWT.
Masa Kecil dan Pengingkaran Terhadap Berhala
Nabi Ibrahim lahir di kota Ur, yang terletak di wilayah Mesopotamia (sekarang Irak). Ayahnya, Azar, adalah seorang pembuat patung berhala yang sangat dihormati di masyarakat. Namun, sejak kecil, Ibrahim AS sudah merasakan ketidakbenaran dari penyembahan berhala. Dalam Al-Qur’an disebutkan bagaimana Ibrahim AS mempertanyakan penyembahan berhala kepada ayahnya dan kaumnya:
“Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?’” (QS. Al-Anbiya: 52).
Keberanian Nabi Ibrahim dalam menentang penyembahan berhala mencapai puncaknya ketika beliau menghancurkan patung-patung berhala di kuil kaumnya, kecuali satu patung terbesar. Ketika kaumnya bertanya siapa yang melakukannya, Ibrahim menjawab dengan penuh hikmah, menyuruh mereka bertanya kepada patung besar yang masih utuh:
“Maka Ibrahim membuat mereka (berhala-berhala) itu hancur berkeping-keping, kecuali yang terbesar (induknya) bagi mereka, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. Al-Anbiya: 58).
Ujian di Dalam Api
Karena tindakannya, Nabi Ibrahim dijatuhi hukuman oleh Raja Namrud untuk dibakar hidup-hidup. Namun, Allah SWT menyelamatkannya dengan mukjizat, yaitu api yang menyala-nyala berubah menjadi dingin dan tidak membakar tubuh Nabi Ibrahim:
“Kami berfirman: ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim,’” (QS. Al-Anbiya: 69).
Hijrah dan Keluarga
Setelah peristiwa tersebut, Nabi Ibrahim hijrah ke tanah Kan’an (sekarang Palestina) bersama istrinya, Sarah, dan keponakannya, Luth. Di usia lanjut, beliau dianugerahi dua putra, yaitu Ismail dari istrinya Hajar dan Ishaq dari istrinya Sarah.
Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim yang terkenal adalah saat Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail. Meski perintah tersebut sangat berat, baik Ibrahim maupun Ismail menunjukkan ketaatan yang luar biasa. Namun, sebelum penyembelihan terjadi, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (QS. Ash-Saffat: 102).
Pendirian Ka’bah
Salah satu tugas besar yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim adalah mendirikan Ka’bah bersama putranya, Ismail. Ka’bah menjadi kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia dan pusat ibadah haji. Peristiwa ini mempertegas kedudukan Nabi Ibrahim sebagai tokoh sentral dalam sejarah ketauhidan dan keimanan:
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu mempersekutukan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud.’” (QS. Al-Hajj: 26).
Pelajaran dari Kehidupan Nabi Ibrahim
Kisah hidup Nabi Ibrahim mengajarkan kita banyak hal, terutama tentang keteguhan iman, ketaatan kepada Allah, dan kesabaran dalam menghadapi ujian. Beliau menunjukkan bahwa kebenaran harus diperjuangkan meski menghadapi banyak rintangan dan tantangan.
Dengan demikian, Nabi Ibrahim AS menjadi teladan abadi bagi umat manusia, mengajarkan pentingnya berpegang teguh pada keimanan dan kebenaran serta selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kisah pengorbanan ini menjadi dasar bagi perayaan Idul Adha, salah satu hari raya terbesar dalam Islam. Pada hari ini, umat Islam di seluruh dunia memperingati ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dengan menyembelih hewan kurban seperti domba, sapi, atau kambing. Daging kurban ini kemudian dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan terutama kepada mereka yang membutuhkan, sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian sosial.Kisah ini mengandung banyak pelajaran penting, antara lain tentang kepatuhan kepada perintah Tuhan, keikhlasan dalam beribadah, dan pengorbanan demi kebaikan yang lebih besar. Selain itu, kisah ini juga memperkuat nilai-nilai keluarga, kerja sama, dan dukungan antara orang tua dan anak.
Referensi:
1. Al-Qur’an
2. Ibn Kathir, “Stories of the Prophets”