
Salingka Media – Afrika, benua yang kaya akan keajaiban alam, kini menjadi pusat perhatian dunia karena fenomena retakan besar yang membelah permukaannya menjadi dua bagian. East African Rift (EAR), seperti yang disebut oleh para ilmuwan, telah terbentang sejauh 6.400 kilometer di wilayah timur benua itu, menimbulkan tanda tanya besar dan spekulasi akan terbentuknya sebuah pulau raksasa baru di masa depan.
Dilansir dari sumber terpercaya, CNBC Indonesia merujuk pada laporan dari Science Alert, Minggu 5 Mei 2024, EAR tidak hanya membingungkan para ahli geologi, tetapi juga memunculkan banyak pertanyaan tentang proses geologis yang mendasarinya. Berbeda dengan retakan biasa yang disebabkan oleh pergeseran tektonik, EAR muncul karena gerakan tegak lurus dan paralel yang secara bertahap merobek permukaan bumi, menjanjikan perubahan dramatis dalam struktur geologis Afrika.
Namun, dampak EAR tidak hanya terbatas pada perubahan topografi benua. Prediksi ahli menyatakan bahwa peningkatan aktivitas gempa di wilayah tersebut adalah konsekuensi langsung dari fenomena ini. Struktur batuan yang terkena retakan juga diperkirakan akan mengalami keretakan secara berkala, menambah kompleksitas perubahan yang sedang terjadi.
Sejarah geologi Bumi menyaksikan peristiwa serupa terjadi ratusan juta tahun yang lalu, ketika retakan besar memisahkan permukaan Afrika dari Amerika Selatan, membentuk Samudera Atlantik Selatan. Analogi ini memberikan kita gambaran tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan: puluhan juta tahun yang akan datang, retakan EAR akan menjadi dasar laut yang menghubungkan Samudera Hindia, dengan pulau besar yang menjadi bagian dari wilayah Ethiopia dan Somalia.
Dengan begitu, Afrika tidak hanya menjadi saksi dari perubahan geologis yang menakjubkan, tetapi juga menawarkan potensi untuk menyaksikan lahirnya sebuah pulau baru yang akan memengaruhi peta dunia secara signifikan.