Kearifan Lokal Jadi Senjata Ampuh Mitigasi Bencana di Sumbar

Kearifan Lokal Jadi Senjata Ampuh Mitigasi Bencana di Sumbar
Kearifan Lokal Jadi Senjata Ampuh Mitigasi Bencana di Sumbar – Dok. Humas

Salingka Media – Mitigasi bencana di Sumatera Barat dinilai sangat mungkin diperkuat lewat kearifan lokal yang sudah lama diwariskan. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Dr. Suharyanto, menegaskan hal ini dalam kuliah umum yang digelar di Universitas Andalas, Padang, pada Rabu (7/5).

Di hadapan para akademisi dan mahasiswa, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengingatkan pentingnya memaknai warisan budaya sebagai bagian dari strategi mitigasi bencana yang lebih membumi. Ia mengungkap, banyak bentuk kearifan lokal di wilayah Sumatera Barat yang terbukti tahan terhadap ancaman bencana, terutama gempa dan banjir.

“Rumah-rumah adat seperti rumah gadang adalah contoh nyata. Saat gempa Pasaman tahun 2022, bangunan modern roboh. Namun rumah gadang tetap kokoh,” ujarnya.

Bukan hanya dari segi struktur, penempatan rumah adat yang jauh dari garis pantai juga menjadi bukti kesadaran masyarakat dahulu terhadap ancaman tsunami. “Mereka tidak membangun di pinggir laut, karena sudah tahu risiko tsunami,” lanjutnya.

Ia juga menyinggung rumah adat Nias dan rumah panggung di Kalimantan sebagai bentuk kesiapan lokal terhadap gempa dan banjir. “Rumah panggung di Kalimantan menyelamatkan warga dari banjir tahunan. Mereka tidak perlu mengungsi, karena rumah sudah disiapkan untuk itu,” tuturnya.

Baca Juga :  Tim Penggerak Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Pasaman Barat Meraih Prestasi Di Tingkat Nasional
Dok. Humas

Suharyanto mengajak mahasiswa dan akademisi menggali kembali kekayaan budaya masing-masing wilayah. “Kita perlu menyatukan ilmu pengetahuan dan budaya lokal untuk memperkuat mitigasi bencana,” pesannya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menjabarkan potensi besar ancaman megathrust yang membayangi wilayah Sumbar. Ia menyebut ada tiga zona megathrust utama: Nias, Pagai Selatan, dan Mentawai. Dua zona pertama sudah pernah melepaskan energi gempa besar, sementara zona Mentawai belum.

Jika megathrust terjadi, kawasan pesisir Padang bisa terdampak parah, termasuk Bandara Internasional Minangkabau yang hanya berjarak 400 meter dari laut. “Potensi genangan bisa mencapai tiga meter,” tegasnya.

Pemerintah pun berencana menanam vegetasi hutan pantai untuk memperlambat gelombang tsunami dan melindungi fasilitas vital. “Kami akan bangun sabuk hijau di sekitar bandara, agar ada penahan alami,” katanya.

Namun ancaman tsunami bukan satu-satunya. Suharyanto menyoroti adanya bebatuan besar di pesisir Padang yang bisa menjadi “peluru” saat tsunami menghantam. “Saat tsunami Aceh, kapal bisa masuk ke daratan, apalagi batu-batu ini. Bisa menghantam pemukiman,” jelasnya.

Baca Juga :  Anggaran Rp296 Miliar Disiapkan, Perbaikan Jalan Aie Dingin Dimulai Mei

Ia juga mengingatkan soal kawasan sungai yang rawan diterjang air bah. Pemerintah, lanjutnya, terus mengadakan simulasi evakuasi berulang dan mengimbau masyarakat agar tidak lengah.

“Bencana datang tanpa aba-aba. Kita harus waspada. Banyak korban karena lalai,” ucapnya, mengacu pada erupsi Gunung Marapi yang menewaskan 23 pendaki pada 17 Desember 2023, saat gunung sudah berstatus Siaga (Level 3).

Bencana susulan pun muncul beberapa bulan kemudian, saat hujan deras mengguyur lereng gunung. “Lahar dingin yang dikenal sebagai Galodo menghantam permukiman. 62 orang meninggal dunia,” ungkapnya.

Warga di radius 5 kilometer dari gunung telah direlokasi. Pemerintah juga memasang sistem peringatan dini (Early Warning System) di sungai-sungai untuk mencegah jatuhnya korban susulan.

“Ketika hujan deras, dan permukaan air naik, sirine akan berbunyi agar warga segera menjauh,” terangnya.

Suharyanto turut menyinggung ancaman bencana hidrometeorologi yang kerap melanda Sumbar. Sepanjang 2024, 12 kabupaten/kota terdampak banjir, longsor, dan pohon tumbang. Total 39.314 warga terdampak, 78.877 mengungsi, dan 27 meninggal dunia.

Kuliah umum itu ditutup dengan penandatanganan simbolis kemitraan antara BNPB, Pemerintah Australia, dan program SIAP SIAGA. Kolaborasi ini menitikberatkan pada peran strategis lembaga akademik dalam mendukung inovasi kebencanaan.

Baca Juga :  Ajang Berlian Racing GrassTrack Motocross Resmi Ditutup Bupati Pasaman Barat di Ranah Batahan

Universitas Andalas dan BNPB sendiri telah menjalin nota kesepahaman untuk kerja sama dalam Tri Dharma perguruan tinggi di bidang penanggulangan bencana. Kegiatan berlanjut dengan kunjungan ke RS Universitas Andalas bersama Gubernur Sumbar, yang disiapkan sebagai rumah sakit rujukan bencana.

Fasilitas seperti ruang operasi, IGD, hingga titik evakuasi akhir ditinjau langsung oleh rombongan. Di lokasi berbeda, Sekretaris Utama BNPB, Dr. Rustian, memimpin apel gelar pasukan dan peralatan di Monumen Tugu Gempa.

“Apel ini penting untuk mengetahui kesiapan personel dan peralatan menghadapi bencana. Semua pihak, baik pemerintah hingga relawan, harus rutin latihan agar siap dan tidak ada korban jiwa,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan