
Salingka Media – Etnis Minangkabau atau populer disebut Urang Awak, terkenal akan budaya merantau yang sangat kental. Hampir seluruh provinsi di luar Sumbar, selalu ada populasi Minangnya. Salah satu yang cukup banyak, berada di Jakarta.
Di sini, Etnis Minang tak hanya berkembang, tapi juga memberikan pengaruh bagi peradaban. Budayawan Betawi Ridwan Saidi lewat Channel Youtube Macan Idealis mengatakan, Urang Awak tercatat pertama kali datang ke Betawi pada tahun 1521.
Kala itu, ada perjanjian antara Portugis yang berkedudukan di Malaka dengan Kerajaan Sunda. Portugis mengirim utusan yakni Syahbandar Pelabuhan Malaka, yang bernama Kasim. Ia merupakan Urang Awak dari Kerajaan Paguruyung.
Hasil dari perjanjian tersebut, Kasim dan pengikutnya mendapat tempat tinggal di Betawi, penduduk menamainya dengan “Wa Item”. “Dipanggil Wa Item karena dia adalah jagoan, pada masa itu untuk menjadi syahbandar pelabuhan, mesti seorang jagoan,” ungkap Ridwan Saidi, dilansir dari Katasumbar.com
Onde
Kasim dan pengikutnya yang menetap, mulai mempengaruhi peradaban Betawi, mereka sering mengucap kata ” Onde” saat mengekpresikan sesuatu. Orang-orang Betawi, kemudian menanyakan apa arti kata “Onde”, mereka menjawab artinya adalah mengagumkan.
“Kemudian, ketika diciptakan kue dari tepung beras, dalamnya ada gula jawa dan dikasih kelapa, disebut Onde-onde, itu berasal dari kata ‘Onde’ Minang,” ucap Ridwan Saidi.
Tak hanya itu, pengaruh kata ‘Onde’ terus meluas di Betawi, terutama untuk sebuah patung besar yang diarak ketika panen, yaitu Ondel-ondel. “Jadi Ondel-ondel itu terpengaruh dari Bahasa Minang Onde, yang dalam dialek Betawi ditambah akhiran L, itu artinya yang mengagumkan,” terangnya.
Masa berjalan terus, di awal abad 19, di Betawi yang kala itu sudah bernama Batavia, berdiri sebuah sekolah, dan lulusan pertamanya adalah Urang Awak. Tak lama berselang, dibuka lagi semacam sekolah tinggi, dan banyak dari lulusannya berasal dari Minang seperti M.Yamin.
Hal ini tetap berlanjut ke era “Pujangga Baru”, Urang Awak terus berdatangan ke Batavia. Puncaknya, pada awal kemerdekaan, banyak sekali datang guru-guru dari Minang yang mengajar di Betawi, salah satu yang terkenal adalah Aman Dt Madjoindo.
“Aman Dt Madjoindo inilah yang membuat novel berjudul Si Doel Anak Jakarta, dia seorang guru. Tak ada karya sastra yang menceritakan tentang Betawi sebaik Aman Dt Madjoindo,” kata Ridwan.
Kedatangan mereka terus berlanjut, pasca berakhirnya PRRI, Urang Awak kembali berdatangan menuju Jakarta untuk menjadi pedagang kaki lima dan terus menyebar di seantero kota.
“Pada perkembangan seterusnya, di era 1964-1965, muncul untuk pertamakali Restoran Padang yang kemudian terus berkembang. Tak pernah terjadi gesekan antara Perantau Minang dengan Orang Betawi,” kata Budayawan terkenal tersebut.
Kini, sejak kedatangan pertama pada 1521, Urang Awak di Jakarta sudah berjumlah ratusan ribu.
Sumber : saribundo
Dapatkan update berita salingkamedia.com di akun facebook salingka media @salingkamedia serta ikuti juga kami di Google News pada link ini Salingka Media Google News