Perjuangan Penjual Kerupuk Mie di Masa Pandemi

Perjuangan Penjual Kerupuk Mie di Masa Pandemi
Adi (44 th) si pemilik Kerupuk Mie

Salingka Media, Padang Panjang – Perjuangan penjual kerupuk mie di masa pandemi, hari menunjukkan pukul 14.00 WIB lebih sekian menit. Gerobak dagangan yang merupakan bantuan Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Disperdakop UKM), merapat ke pinggir jalan di depan Taman Ramah Anak Lembuti, Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Padang Panjang Timur.

Di taman yang lebih dikenal dengan sebutan Taman Pensil itu, Adi (44) si pemilik gerobak mulai menunggu pembeli. Ia menjual Karupuak Mie. Sejenis peganan kerupuk yang diberi kuah sate dan diberi topping mie goreng atau bihun goreng.

Di taman yang berada persis di seberang Mako Polres Padang Panjang itu, Adi melayani pembeli hingga mentari lepas ke peraduan. Jika pengunjung sedang ramai, kerupuk mie itu habis. Ia bisa pulang cepat kembali berkumpul dengan keluarga. Terkadang, dagangannya tidak selalu habis sehingga ia telat pulang ke rumahnya di Tanah Hitam.

Baca Juga :  Waspadalah, Sumatra Barat Masih Berpotensi Hujan Dengan Intensitas Tinggi

Untuk ukuran kantong, kerupuk yang dijual Adi, tidaklah mahal. Banyak pilihan kerupuk yang dijual bapak dua anak itu untuk pembeli. Ada yang besar, kecil, bulat, petak. Harganya dari Rp 2.000 hingga paling mahal Rp 5.000
Dari pengakuan seorang pembeli, kerupuk mie racikan Adi ini, beda rasanya dengan penjual kerupuk lainnya. Bumbu kuah dan mienya, mempengaruhi rasa. Sehingga ada keinginan untuk terus menambah.

Berjualan kerupuk mie sejak empat tahun lalu, Adi mengaku bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 250 ribu/hari. “Itu dengan asumsi, dagangan saya habis semua,” cerita Adi ke Kominfo.

Suka duka selama berjualan, yang dialami Adi sama saja yang dialami pedagang lainnya. Ada saat ramai sekali, ada pula saat sepi pembeli.

Baca Juga :  Tim Karanggo Kembali beraksi, Ringkus pengedar Narkotika Jenis Sabu,BB sebanyak Lima Paket

“Yang paling parah itu saat pandemi tengah menjadi-jadi. Saya terpaksa libur berjualan hingga sebulan lebih. Tidak ada pemasukan sama sekali,” ungkapnya.

Saat itu, Taman Pensil ditutup untuk dikunjungi. Warga lebih banyak di rumah karena pembatasan yang ditetapkan pemerintah. Setelah kasus Covid-19 melandai, Adi kembali mengais rezeki. Berinteraksi lagi dengan pembeli.
“Saya berharap, pandemi cukup sampai di sini,” ucapnya, persis dengan harapan kita semua yang sudah lelah berada di zaman pagebluk ini. Hms/silvy rahmawati

Tinggalkan Balasan