
Salingka Media – Program ambisius Zero ODOL (Over Dimension dan Overload) pada tahun 2025, sebuah inisiatif penting dari Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, kini memperoleh sokongan penuh dari para pakar dan akademisi di Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI). Sinergi ini mengemuka dalam pertemuan silaturahmi antara Korlantas Polri dan MTI pada Rabu, 4 Juni 2025, menandai langkah konkret dalam upaya bersama menertibkan kendaraan dengan dimensi dan muatan berlebih.
Ketua MTI, Tory Damantoro, dalam kesempatan tersebut menegaskan apresiasi tinggi atas ketegasan Korlantas Polri dalam menangani masalah ODOL. Menurut Tory, kendaraan yang kelebihan muatan dan dimensi telah lama menjadi pemicu utama kecelakaan lalu lintas di Indonesia, sehingga penanganannya membutuhkan pendekatan serius dan kolaboratif dari berbagai instansi. “Kami dari MTI, termasuk seluruh cabang di 22 provinsi, mendukung penuh upaya Korlantas untuk membenahi permasalahan kecelakaan yang disebabkan oleh truk bermuatan lebih,” ujarnya, menandaskan komitmen MTI terhadap program Zero ODOL.
Menyambut dukungan tersebut, Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho menekankan krusialnya kolaborasi dengan seluruh pihak, termasuk para ahli transportasi, demi menyukseskan langkah-langkah strategis yang telah disepakati bersama sejumlah kementerian. “Kami sudah sepakat untuk melakukan penegakan hukum yang diawali dari sosialisasi, dari edukatif, termasuk juga nanti ada peringatan-peringatan, serta normalisasi,” jelas Irjen Pol Agus.
Lebih dari sekadar penegakan hukum, Irjen Pol Agus memandang upaya ini sebagai manifestasi nyata kehadiran negara dalam melindungi pengguna jalan dan menjamin keselamatan berkendara. “Kita menyelamatkan jiwa, khususnya pengguna jalan. Faktor-faktor lain tentunya juga kita perhatikan. Oleh sebab itu, negara hadir untuk bisa melakukan tindakan-tindakan, khususnya terkait Zero ODOL, yang mana ini adalah bagian dari penyebab kecelakaan lalu lintas,” tambahnya.
Dalam perumusan kebijakan ini, Irjen Pol Agus juga menggarisbawahi pertimbangan multi-aspek, tidak hanya keselamatan. Aspek ekonomi, logistik, hingga kesejahteraan pengemudi juga menjadi bagian tak terpisahkan. “Banyak sekali aspek ekonomi yang kita pertimbangkan, dari aspek logistiknya juga kita pertimbangkan. Dari aspek pengemudinya, termasuk juga ongkos pengemudinya dan lain sebagainya. Tetapi yang paling terpenting adalah kesepakatan dari kementerian dan lembaga untuk melakukan peningkatan penertiban daripada over dimension dan overload,” pungkasnya.