
Salingka Media – Sudah lebih dari sebulan Kota Padang menghadapi tantangan serius dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Kemarau ekstrem yang melanda telah mengakibatkan penurunan drastis pada debit air sejumlah sungai yang menjadi sumber utama pasokan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Kota Padang. Akibatnya, distribusi air ke pelanggan pun terganggu, memaksa pihak Perumda mengambil langkah antisipatif yang lebih agresif.
Direktur Teknik Perumda Air Minum Kota Padang, Andri Satria, menjelaskan bahwa fenomena ini berdampak langsung pada kapasitas pengambilan air baku. Beberapa sungai vital seperti Sungai Pegambiran, Paluki, Sikayan, dan Paraku kini menunjukkan debit yang sangat rendah. “Efeknya, air yang bisa kami ambil juga berkurang. Ini berdampak pada pelanggan. Kita mulai melakukan penggiliran distribusi di beberapa daerah,” ungkap Andri kepada awak media pada Rabu (3/6/2025).
Wilayah yang paling merasakan dampak krisis air bersih ini adalah Kecamatan Lubuk Begalung, khususnya daerah Pegambiran dan Jondul. Di Pegambiran, sistem distribusi air kini diatur secara bergiliran—air mengalir di satu area pada siang hari, dan beralih ke area lain pada malam hari. Sementara itu, warga di Jondul bagian atas sudah mulai bergantung pada suplai air menggunakan armada mobil tangki.
Menyikapi kondisi ini, Perumda Air Minum Padang telah menyiagakan enam unit mobil tangki untuk melayani masyarakat yang terkena dampak gangguan air. Namun, Andri menggarisbawahi pentingnya respons cepat dari warga. Ia meminta masyarakat untuk segera melaporkan jika pasokan air mulai menipis, tidak menunggu hingga tandon kosong. “Jangan tunggu air kosong baru melapor. Kalau bisa, prediksi dulu. Beri informasi lebih awal agar bisa kami atur antriannya,” ujarnya.
Tak hanya itu, Andri juga menghimbau seluruh masyarakat di Padang untuk lebih bijak dalam menggunakan air selama musim kemarau yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga Agustus atau September mendatang. “Hematlah air, dan tampung saat masih mengalir. Kita semua sedang menghadapi kondisi cuaca yang ekstrem dan sangat terik,” tambahnya.
Di tengah upaya penanganan krisis air ini, Perumda Air Minum Padang juga dihadapkan pada tantangan lain, yaitu keterbatasan dalam memperluas cakupan layanan. Saat ini, baru sekitar 50 persen wilayah Kota Padang yang terjangkau jaringan pipa PDAM. “Untuk melakukan investasi sendiri itu tidak murah. Dari hulu sampai hilir butuh biaya, izin, dan sebagainya. Anggaran kami sangat terbatas,” jelas Andri.
Menurut Andri, untuk bisa memperluas jangkauan layanan secara bertahap, Perumda Air Minum Padang sangat membutuhkan dukungan dan suntikan dana dari berbagai tingkatan pemerintahan, mulai dari pemerintah kota, provinsi, hingga pusat.
Ada kabar positif terkait hal ini: DPRD dan Pemerintah Kota Padang telah mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Penyertaan Modal kepada Perumda Air Minum. Meski demikian, Andri menyebut implementasi teknis dari perda tersebut baru bisa direalisasikan pada tahun depan. “Perdanya baru disahkan, jadi anggaran tahun ini belum bisa dimanfaatkan. Kita masih tunggu pembahasan teknis di APBD tahun berikutnya,” pungkasnya. Perda ini diharapkan dapat menjadi angin segar bagi Perumda Air Minum Padang untuk meningkatkan kapasitas dan jangkauan pelayanan di masa mendatang.