Salingka Media, Padang – Tabuik di Kota Padang, Tabut atau Tabuik sudah diketahui oleh masyarakat saat ini sebagai bentuk perayaan lokal untuk memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad Saw, yaitu Hussein bin Ali yang besrta keluarganya wafat dalam perang di Padang karbala pada tanggal 10 Muharram (tahun ?). Sejak saat itu, diperkirakan tahun 1826 – 1828 M, gugurnya Husein bin Ali diperingati dengan arakan “tabut” atau peti kayu, sebagai gambaran kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein yang diterbangkan kelangit oleh Buroq (makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia).
Di Sumatera Barat daerah yang terkenal dengan Pesta Tabuik ini adalah Kota Pariaman. Ritualnya dimulai tanggal 1 Muharam dan puncaknya 10 Muharram. Pesta Tabuik telah menjadi icon wisata dan sebutan istimewa untuk Kota Pariaman.
Namun ternyata, dari sebuah foto lama, ternyata Kota Padang pada tahun 1975 pernah juga menyelenggarakan pesta tabuik ini. Diperkirakan masih berlangsung sampai awal tahun 1980-an.
Informasi dari Emilzon Taslim:
Tabuik Pariaman dengan Tabuik Padang tidak sama. Di Pariaman tabuiknya besar, terdiri dari Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Sedangkan di Padang, tabuik lebih kecil, terdiri dari Tabuik Puruih yang dibuat oleh orang Keling (India) dan Tabuik Balakang Tangsi. Tabuik ini merupakan peringatan karena penyesalan terbunuhnya Husein cucu Rasulullah. Dibengkulu juga ada tabuik tapi dengan nama Tabot.
Di Padang, dalam peringatan tabuik itu tidak ada perkelahian dan menangis dengan meratapi peristiwa tersebut.
Tabuik di Padang hilang dengan sendirinya karena biayanya murni swadaya, tanpa bantuan pemerintah kota. Acara seperti ini waktu itu dianggap tidak mendatangkan keuntungan sehingga hilang begitu saja.
Dalam pesta tabuik di Padang ini sering juga terdengar sorak bersama atau teriakan “Hoyak … hoyak Husein, … abih pitih badan marasai” Tidak ada yang tahu apa maksud dari sorak sorai ini.
Informasi dari Rick Hansen:
Tabuik di Padang selain budaya juga mencerminkan persatuan tanpa perbedaan di kota ini. Pada tahun-tahun itu (1975-1980an ?) pernah juga ada nama/istilah Tabuik CinKaMal atau Tabuik Cino Kaliang Malayu, namun tabuik saat itu tabuik memang dominan dibuat oleh orang Kaliang (keling/India) yang dipimpin prosesinya oleh Sutan Awal di Kampuang Dobi, yang kemudian diangkat oleh orang cina atau dari HTT Padang.
Informasi dari Robert Alberto:
Dikampuang Beroklah berawalnya pembuatan tabuik ini yaitu sebelum tahun 1970. Ini menurut informasi almarhun angku sanak Robert Alberto ini.
Tabuik sesungguhnya tabuik pernah dilaksanakan di Kota Padang ini. Banyak generasi sekarang yang tidak mengetahui hal ini. Antara percaya dan tidak, namun jika melihat foto dengan latar Kantor Balaikota Padang dapat meyakinkan kita bahwa Padang pernah punya Pesta Tabuik pada masanya.
Apakah telah ada penelitian sejarah yang mendalam tentang tabuik di Kota Padang, kota kita bersama ini.
Semoga ini bisa menimbulkan inisiatif bagaimana kita bersikap pada saat sekarang dan waktu yang akan datang.