Sejarah Kota Padang Panjang

sejarah kota padang
Gerbang perbatasan kota Padang Panjang – Padang Panjang, SB (27 October 2020) – Foto : Firzafp

Salingka Media – Kota Padang Panjang adalah sebuah kota di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Berikut adalah sejarah singkat Kota Padang Panjang:

Pada masa prasejarah, daerah Padang Panjang telah dihuni oleh manusia sejak zaman prasejarah. Hal ini terbukti dengan penemuan situs purbakala di daerah ini, seperti Batu Tagak dan Batu Taram.

Pada masa kerajaan, daerah Padang Panjang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Pagaruyung. Daerah ini merupakan salah satu wilayah kekuasaan raja-raja Minangkabau yang terkenal kuat pada masa itu. Pada masa itu, daerah Padang Panjang juga dijadikan sebagai pusat seni dan budaya Minangkabau.

Pada masa penjajahan Belanda, daerah Padang Panjang menjadi wilayah Keresidenan Sumatera Barat. Belanda memperkenalkan sistem pemerintahan modern di daerah ini dan membuka lahan pertanian yang luas. Namun, pada saat yang sama, mereka juga mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia di daerah ini.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 istilah kota praja diganti menjadi kotamadya dan berdasarkan peraturan menteri nomor 44 tahun 1980 dan peraturan pemerintah nomor 16 tahun 1982 tentang susunan dan tata kerja pemerintahan kelurahan, maka resort diganti menjadi kecamatan dan jorong diganti menjadi kelurahan dan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 13 tahun 1982 kota Padang Panjang dibagi atas dua kecamatan dengan 16 kelurahan.

Sejak menjadi kota, Padang Panjang mengalami perkembangan pesat. Pemerintah Kota Padang Panjang telah melakukan berbagai pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Beberapa pembangunan yang dilakukan antara lain pembangunan jalan raya, pengembangan pariwisata, dan peningkatan kualitas pendidikan.

Saat ini, Kota Padang Panjang dikenal sebagai kota seni dan budaya Minangkabau. Beberapa seni tradisional yang terkenal dari daerah ini antara lain tari Piring, tari Silek, dan seni ukir kayu. Selain itu, daerah ini juga memiliki potensi pariwisata yang sangat menarik, terutama untuk wisatawan yang tertarik dengan seni dan budaya Minangkabau.

Baca Juga :  Asal Usul Nama Minangkabau: Menguak Sejarah dan Etimologi

Kota Padang Panjang terletak di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Ketinggian ini membuat suhu udara di Kota Padang Panjang cenderung lebih dingin dibandingkan dengan kota-kota lain di Sumatera Barat yang berada di dataran rendah.

Selain itu, lokasi Kota Padang Panjang yang berada di daerah pegunungan juga berdampak pada curah hujan yang lebih tinggi dan kondisi udara yang lebih lembab. Hal ini dapat menyebabkan suhu udara di Kota Padang Panjang menjadi lebih dingin lagi, terutama pada malam hari dan pagi hari.

Kondisi cuaca dingin di Kota Padang Panjang ini juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduknya, seperti gaya berpakaian yang lebih tebal, kebiasaan mengonsumsi makanan yang lebih hangat, dan meningkatnya permintaan terhadap penggunaan alat pemanas seperti kipas angin atau AC dengan mode pemanas.

Namun, meskipun memiliki cuaca dingin, Kota Padang Panjang memiliki keindahan alam yang mempesona dan budaya yang kaya, sehingga tetap menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Asal usul nama Kota Padang Panjang berasal dari keadaan geografis kota ini yang terletak di dataran tinggi dengan perbukitan yang menjulang tinggi. Secara harfiah, kata “Padang Panjang” dapat diartikan sebagai “padang yang panjang”, yang merujuk pada ciri khas daerah tersebut yang memang memiliki padang terbuka yang luas dan memanjang di sepanjang perbukitan.

Ada pula versi lain yang menyebutkan bahwa nama “Padang Panjang” berasal dari kata “Padang Pariaman”, karena daerah ini pada awalnya merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Pariaman. Namun, karena kemudian daerah ini semakin berkembang dan memiliki ciri khas tersendiri, maka nama “Padang Panjang” kemudian lebih umum digunakan.

Ada pula yang mengatakan asal usul nama “Padang Panjang” berasal dari bahasa Minangkabau. “Padang” dalam bahasa Minangkabau berarti “lapangan terbuka” atau “dataran rendah”, sedangkan “Panjang” berarti “panjang”. Jadi, secara harfiah, “Padang Panjang” berarti “lapangan terbuka yang panjang”.

Baca Juga :  Mengenal Tokoh-Tokoh Minangkabau yang Berperan dalam Sejarah dan Diplomasi Dunia

Nama ini merujuk pada ciri khas wilayah ini yang memiliki dataran terbuka yang luas dan memanjang, yang terletak di antara dua perbukitan yang menjulang tinggi. Wilayah ini juga terletak di dataran tinggi, sehingga memiliki suhu udara yang relatif dingin dan udara yang sejuk dan segar.

Nama “Padang Panjang” pertama kali muncul pada awal abad ke-19, ketika wilayah ini masih berupa kampung-kampung yang tersebar di sepanjang dataran terbuka tersebut. Dalam sejarahnya, daerah ini telah menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Minangkabau, serta menjadi kota penting di Sumatera Barat saat ini.

Padang Panjang dijuluki sebagai “Kota Serambi Mekah” karena banyaknya jumlah haji dan umrah yang berasal dari daerah ini. Sejak lama, Padang Panjang telah menjadi pusat pendidikan agama Islam di Sumatera Barat, dengan banyaknya ulama dan tokoh agama yang lahir dan dibesarkan di kota ini.

Banyak juga warga Padang Panjang yang berangkat ke Tanah Suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah, dan mereka membawa pengaruh keagamaan dan budaya dari sana kembali ke kota asal mereka. Hal ini membuat Padang Panjang menjadi kota yang kental dengan nuansa agama Islam, dengan banyaknya masjid dan pondok pesantren yang tersebar di seluruh penjuru kota.

Selain itu, Padang Panjang juga terkenal dengan tradisi adat Minangkabau yang kuat, yang di dalamnya banyak terdapat nilai-nilai Islam. Hal ini membuat Padang Panjang menjadi kota yang menarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya dan keagamaan Islam di Indonesia, sehingga julukan “Kota Serambi Mekah” semakin dikenal luas.

Berikut adalah sejarah singkat Padang Panjang dari tahun ke tahun:

Abad ke-19: Daerah Padang Panjang masih merupakan wilayah yang belum berkembang secara pesat. Wilayah ini terdiri dari beberapa kampung yang tersebar di sepanjang dataran tinggi dan perbukitan.

1906: Belanda memperluas daerah Padang Panjang dengan membangun jalan raya dan rel kereta api yang menghubungkan daerah ini dengan kota-kota lain di Sumatera Barat.

Baca Juga :  Ratna Sari Dewi Soekarno bukanlah perempuan Jepang pertama

1914: Belanda membuka pabrik kopi di Padang Panjang yang kemudian berkembang pesat dan menjadi penggerak ekonomi utama daerah ini.

1942-1945: Selama masa pendudukan Jepang, Padang Panjang menjadi pusat aktivitas pergerakan kemerdekaan di Sumatera Barat.

1946-1949: Padang Panjang menjadi pusat aktivitas politik dan sosial di Sumatera Barat setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda.

1950-an: Padang Panjang menjadi kota kecil yang semakin berkembang dengan adanya pembangunan jalan raya yang menghubungkan daerah ini dengan kota-kota lain di Sumatera Barat.

1960-an: Pembangunan ekonomi dan infrastruktur terus dilakukan di Padang Panjang, seperti pembangunan jalan raya, gedung-gedung perkantoran, dan pasar tradisional.

1970-an: Padang Panjang menjadi pusat industri kecil dan menengah di Sumatera Barat, terutama di bidang tekstil dan kerajinan.

1980-an: Pemerintah mulai mengembangkan pariwisata di Padang Panjang, dengan mempromosikan budaya dan tradisi adat Minangkabau yang kental di daerah ini.

1990-an: Padang Panjang semakin berkembang dengan adanya perbaikan infrastruktur dan fasilitas publik, seperti jalan raya, air bersih, dan listrik.

2000-an hingga sekarang: Padang Panjang terus mengalami perkembangan yang pesat di berbagai bidang, termasuk ekonomi, pariwisata, dan infrastruktur. Daerah ini juga semakin dikenal sebagai pusat seni dan budaya di Sumatera Barat, dengan banyaknya acara budaya yang diadakan di sana setiap tahunnya.

Tinggalkan Balasan