Bola  

Ruben Amorim Akui Manchester United Masih Jauh dari Sempurna di Liga Inggris

Ruben Amorim Akui Manchester United Masih Jauh dari Sempurna di Liga Inggris
Ekspresi Ruben Amorim saat memimpin pertandingan antara Liverpool dan Manchester United pada Minggu, 19 Oktober 2025. (c) AP Photo/Ian Hodgson

Salingka Media – Dunia sepak bola, khususnya Liga Inggris, menyoroti peningkatan performa signifikan yang ditunjukkan oleh skuad Manchester United (MU) dalam beberapa pekan terakhir. Rentetan lima pertandingan tanpa kekalahan telah berhasil memupuk optimisme di kalangan suporter. Namun, euforia tersebut segera diredam oleh pandangan realistis dari sang pelatih, Ruben Amorim. Dalam sebuah penilaian yang sangat jujur dan profesional, Amorim secara tegas menyatakan bahwa Manchester United masih jauh dari sempurna, meskipun hasil positif sempat mereka raih.

Pernyataan ini berfungsi sebagai peringatan keras bahwa perjalanan The Red Devils menuju level kompetitif yang konsisten masih terbentang panjang. Alih-alih merayakan tren positif yang hanya bersifat sementara, Amorim memilih untuk fokus pada celah dan pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan timnya. Ini adalah sikap kepemimpinan yang membumi, menekankan pentingnya kerja keras yang berkelanjutan dibandingkan rasa puas diri yang prematur.

Di bawah arahan Amorim, grafik hasil dan kualitas permainan MU memang menunjukkan kurva menanjak. Puncak dari peningkatan ini adalah kemenangan tandang bergengsi di markas rival abadi, Liverpool, sebuah hasil yang tidak hanya menambah tiga poin, tetapi juga melambungkan moral dan kepercayaan diri tim. Kemenangan tersebut menjadi titik balik yang memicu harapan besar di hati para penggemar setia klub.

Namun, jeda internasional kali ini disambut oleh dua hasil yang sedikit “mengganjal”: dua hasil imbang beruntun melawan Nottingham Forest dan Tottenham Hotspur. Dua hasil seri ini, yang diperoleh tepat sebelum para pemain dibubarkan untuk membela negaranya, menjadi pengingat konkret bahwa masalah fundamental terkait menjaga konsistensi performa dari satu pekan ke pekan lainnya belum sepenuhnya teratasi. Jeda ini, bagi Amorim, bukan waktu untuk bersantai, melainkan momen refleksi kritis.

Baca Juga :  48 Tim Sepak Bola dari Sumbar, Riau, Jambi Ramaikan Festival Usia Dini "Putra Serambi Cup II" di Padang Panjang

Amorim tidak ingin membiarkan kesenangan sesaat menguasai suasana ruang ganti. Menurutnya, untuk menjadi tim yang benar-benar mampu bersaing dan memenangkan setiap pertandingan, level usaha dan kualitas harus ditingkatkan secara drastis.

Dalam wawancara eksklusif dengan Stan Sport, Amorim menjelaskan hubungan antara hasil bagus dan peningkatan performa, dengan menyebut kemenangan atas Liverpool sebagai faktor pemicu utama. “Kami bermain lebih baik, tetapi kami bermain lebih baik karena kami memiliki lebih banyak kepercayaan diri, dan itu bermula dari hasil-hasil positif, misalnya saat melawan Liverpool,” ujarnya.

Meskipun demikian, evaluasi pasca-pertandingan melahirkan kritik internal yang tajam. “Kami semakin membaik, tetapi saya dapat berbagi perasaan saya: ketika kami menyelesaikan pertandingan melawan Tottenham dan saya kembali ke Carrington, saya menonton lagi pertandingan itu dan perasaan saya adalah frustrasi, bahwa kami masih jauh dari kesempurnaan,” ungkap pelatih asal Portugal itu. Penilaian ini semakin mempertegas bahwa Manchester United masih jauh dari sempurna di mata arsitek timnya sendiri. Ia melanjutkan, “Kami masih jauh dari menjadi tim yang bisa menang di setiap pertandingan. Jadi saya pikir kami masih punya banyak hal yang harus dikerjakan.”

Baca Juga :  PSPP Gagal Lolos 16 Besar Liga 4, Tetap Pulang dengan Bangga

Salah satu isu taktis yang sering menjadi sasaran kritik dari pengamat dan media adalah penggunaan formasi 3-4-3 oleh Ruben Amorim di Manchester United. Struktur ini dituding sebagai akar permasalahan ketika tim terlihat kesulitan tampil meyakinkan di lapangan.

Namun, Amorim kembali membantah anggapan tersebut dengan argumentasi yang logis dan fokus pada faktor fundamental. Menurutnya, formasi yang digunakan hanyalah sebuah kerangka atau titik awal dari sebuah strategi permainan. Faktor penentu yang sesungguhnya adalah dinamika yang terbentuk di lapangan, tingkat kepercayaan diri kolektif, dan yang paling krusial, intensitas yang ditunjukkan oleh para pemain selama 90 menit penuh.

“Saya sudah mengatakan ini selama berbulan-bulan, bahwa formasi bukan masalahnya. Formasi adalah titik awal dari sesuatu, lalu yang menentukan adalah dinamika, kepercayaan diri, cara kami bermain, seberapa kompetitif kami,” tegasnya. Amorim kemudian menyimpulkan bahwa permasalahan tim selama musim ini bukanlah karena skema tiga bek, tetapi karena kurangnya intensitas saat bermain. “Jika Anda melihat pertandingan-pertandingan di mana kami kesulitan musim ini, bagi saya itu bukan soal formasi. Itu soal kurangnya intensitas. Kami harus tampil nyaris sempurna di liga ini untuk bisa memenangkan banyak pertandingan.”

Baca Juga :  Garuda Mendunia: Indonesia Siap Tempur Lawan Jepang di Kualifikasi Piala Dunia

Pesan dari Ruben Amorim sangat jelas: harapan besar harus diimbangi dengan standar kerja yang tinggi dan tanpa kompromi. Mengingat persaingan ketat di Liga Inggris, keunggulan tipis dan inkonsistensi sedikit saja dapat berakibat fatal. Kritiknya yang berfokus pada “intensitas” dan “kesempurnaan” menunjukkan ambisi Amorim untuk mengubah Manchester United dari tim yang hanya sesekali tampil bagus menjadi kekuatan dominan yang mampu menjaga level permainan superior dari pekan ke pekan. Pernyataan bahwa Manchester United masih jauh dari sempurna adalah sebuah cambuk motivasi profesional bagi seluruh pemain dan staf, menegaskan bahwa mereka baru memulai perjalanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *