
Salingka Media, Padang – Tiga hari lamanya laut menyimpan misteri ke mana Rido pergi. Remaja 16 tahun itu hilang usai terseret ombak besar di Pantai Pasir Nan Tigo, Padang. Selasa pagi, akhirnya—dengan suasana haru—jasadnya ditemukan mengapung di perairan cukup jauh dari lokasi awal. Sinar matahari belum terlalu tinggi ketika suara dari radio komunikasi tim SAR terdengar, “Objek terlihat.”
Pukul 10.00 WIB, Selasa (22/4), jenazah Rido akhirnya ditemukan. Ia hanyut hingga 12 mil laut dari titik ia terakhir terlihat. Laut mengembalikannya, setelah tiga hari pencarian yang melibatkan banyak tenaga dan doa.
“Alhamdulillah ditemukan… meskipun tidak seperti yang kami harapkan,” ucap seorang anggota SAR dengan nada pelan.
Pencarian itu tak main-main. Dimulai sejak Senin pagi, puluhan petugas SAR dibantu nelayan menyisir laut dari berbagai arah. Perahu karet, perahu mesin, hingga regu jalan kaki menyusuri garis pantai. Mereka tak kenal lelah, bahkan ketika ombak masih bergejolak di beberapa titik.
Hari ketiga, pencarian jadi lebih intens. Tujuh tim dibagi. Empat tim turun ke laut, sisanya berjaga di darat. Wilayah pencarian makin meluas, hingga menyentuh area Pulau Air dan Pulau Sibonta.
Minggu sore, 20 April, seharusnya jadi momen santai. Rido dan tiga temannya jogging di sekitar Pantai Ujung Batu. Selepas itu, mereka memutuskan mandi. Sekadar main air, katanya.
Tapi ombak punya rencana lain.
Pukul 17.40 WIB, Rido terseret arus. Teman-temannya sempat panik dan mencoba menyelamatkan. Tapi tarikan ombak terlalu kuat. Mereka hanya bisa berlari dan teriak, berharap ada warga sekitar yang bisa membantu.
Sayangnya, semuanya berlangsung terlalu cepat.
Kepala Kantor SAR Padang, Abdul Malik, mengatakan proses evakuasi berjalan lancar dan jenazah telah diserahkan ke pihak keluarga di Kabupaten Solok.
“Kami turut berduka. Operasi resmi kami tutup setelah korban ditemukan,” ujarnya singkat.
Warga sekitar bercerita, ibunya Rido tidak banyak bicara selama tiga hari itu. Ia duduk di teras rumah, menunggu kabar. Kadang berdoa. Kadang menangis diam-diam. Sekarang, kabar itu datang. Tidak menggembirakan, tapi setidaknya memberikan kejelasan.
Kami menghormati privasi dan kesedihan keluarga korban. Tulisan ini dibuat sebagai bentuk empati dan dokumentasi publik, bukan untuk eksploitasi tragedi. Harapan kami, peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan di laut dan kewaspadaan saat beraktivitas di alam terbuka.