Industri, Salingkamedia – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik industri baja lembaran (hot strip mill) senilai Rp7,5 triliun milik PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Kota Cilegon, Banten pada Selasa (21/9). Pabrik ini diklaim sebagai pabrik dengan teknologi modern terbaru kedua di dunia setelah pabrik yang dibangun di Amerika Serikat.
“Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, hari ini saya resmikan hot strip mill kedua PT Krakatau Steel Tbk,” ujar Jokowi saat peresmian.
Jokowi mengatakan pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebanyak 1,5 juta ton per tahun. Selanjutnya, kapasitas akan ditingkatkan menjadi 4 juta ton per tahun dan berkontribusi pada target produksi Krakatau Steel secara keseluruhan mencapai 10 juta ton per tahun pada 2025.
“Ini merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC berkualitas premium. Ini hanya dua di dunia, yang pertama di Amerika Serikat, yang kedua di Indonesia, di Krakatau Steel,” ucapnya.
Kepala negara berharap hasil produksi dari pabrik ini mampu menutupi kebutuhan baja di dalam negeri yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Ia mencatat konsumsi baja di tanah air sudah naik 40 persen dari sekitar 50 kilogram (kg) per tahun menjadi 71 kg per tahun dalam lima tahun terakhir akibat masifnya pembangunan proyek-proyek infrastruktur.
Tak hanya menutup kebutuhan baja nasional, Jokowi juga berharap kehadiran pabrik baru dari BUMN tersebut juga bisa menekan tingginya angka impor baja. Sebab, menurut catatannya, baja merupakan komoditas impor terbesar kedua di Indonesia.
“Dengan beroperasinya pabrik ini kita akan dapat memenuhi baja dalam negeri, jadi tak ada lagi impor-impor yang kita lakukan. Sehingga kita harapkan nanti dapat menghemat devisa Rp29 triliun per tahun,” tuturnya.
Baca juga : Angkat Nilai Keluhuran Pakaian khas Minangkabau
Lebih lanjut, mantan gubernur DKI Jakarta itu menitip pesan kepada Krakatau Steel agar produksi baja tidak hanya meningkat secara kuantitas, tapi juga kualitas, sehingga tidak kalah dengan baja hasil produksi negara lain. Ia ingin baja lokal bisa bersaing di pasar regional hingga global.
“Saya titip para menteri untuk terus mendukung pelaku industri baja dan besi, mendukung BUMN untuk jadi profesional dan menguntungkan,” katanya.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menyanggupi berbagai permintaan dari Jokowi, khususnya target produksi 10 juta ton per tahun. Untuk mencapai target tersebut, rencananya perusahaan akan menambah investasi melalui kerja sama dengan Korea Selatan senilai US$700 juta untuk memproduksi produk turunan HRC.
“Ini akan dilanjutkan dengan investasi sebesar US$3 miliar untuk menambah fasilitas produksi baja di hulu,” ungkap Silmy.
Silmy pun yakin kehadiran pabrik yang akan menghasilkan HRC dengan ketebalan cuma 1,4 milimeter ini akan bisa mengisi pangsa pasar otomotif yang membutuhkan kualitas baja terbaik.
“Hal ini seiring dengan rencana Indonesia untuk menjadi salah satu pusat produksi mobil listrik dunia, ini akan berdampak pada penghematan devisa dan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia,” ucapnya.
Di sisi lain, ia mengklaim pabrik ini dapat menghemat biaya operasional perusahaan sekitar 25 persen dari kondisi normal. Hal ini akan berdampak pada kinerja perusahaan yang lebih efisien dan menguntungkan ke depan.
(Industri Made in Indonesia)
(Hms)