Salingka Media – Pray For Agam, duka mendalam menyelimuti Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pasca diterjang banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi pada Sabtu malam (11/5). Bencana alam ini merenggut nyawa 15 orang dan memaksa ratusan warga mengungsi untuk menyelamatkan diri.
Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam, banjir bandang terjadi sekitar pukul 21.00 WIB. Aliran lahar dingin yang deras dan membawa material vulkanik menerjang pemukiman warga di Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, dengan dahsyat.
“Sampai saat ini, tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian dan evakuasi korban,” ujar Kepala BPBD Agam, Martias Wanto, dalam keterangan resminya, Minggu (12/5). “Kami belum bisa memastikan jumlah korban secara pasti, namun berdasarkan data sementara, 15 orang dinyatakan meninggal dunia dan ratusan lainnya masih dalam pencarian.”
Upaya evakuasi dan pembersihan di lokasi bencana terpaksa dihentikan sementara pada Minggu (12/5) karena adanya potensi banjir susulan dari puncak Gunung Marapi. Pihak berwenang menghimbau masyarakat di sekitar kawasan kaki gunung untuk selalu waspada dan mengikuti arahan petugas demi keselamatan jiwa.
Dampak Bencana dan Upaya Penanganan
Banjir bandang lahar dingin ini telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur dan rumah-rumah warga di Nagari Bukik Batabuah. Selain korban jiwa, beberapa orang juga mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Tim SAR gabungan dari BPBD Agam, TNI, Polri, Basarnas, dan relawan terus berjibaku di lokasi bencana untuk mencari korban yang masih hilang dan membantu warga yang terdampak. Bantuan logistik seperti makanan, selimut, dan obat-obatan juga telah disalurkan kepada para pengungsi.
Mitigasi Bencana dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Bencana banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi ini menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi bencana di daerah-daerah rawan. Peningkatan kesiapsiagaan dan edukasi masyarakat terhadap potensi bencana alam perlu terus digencarkan untuk meminimalisir risiko dan dampak korban jiwa di masa depan.
Pemerintah daerah dan instansi terkait perlu melakukan pemetaan wilayah rawan bencana dan membangun sistem peringatan dini yang efektif. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana juga perlu ditingkatkan.