
Salingka Media – Upaya penanganan darurat terhadap bencana banjir dan longsor Sumatera Utara terus bergulir tanpa henti hingga hari Selasa (16/12). Pemerintah fokus melakukan percepatan dalam operasi pencarian dan pertolongan korban, pemulihan akses dan infrastruktur penting yang rusak, serta menyalurkan bantuan dan menangani para pengungsi. Dampak dari bencana ini di berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara memang masih sangat besar dan membutuhkan perhatian serius.
Data terbaru menunjukkan adanya lonjakan signifikan pada jumlah korban meninggal dunia. Tim pencatat menemukan penambahan 5 korban tewas baru di Kabupaten Tapanuli Tengah, sehingga total korban jiwa kini mencapai 360 orang. Selain korban tewas, bencana ini juga memaksa puluhan ribu warga mengungsi. Total pengungsi tercatat sebanyak 21.579 jiwa. Konsentrasi pengungsi terbesar berada di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan 10.887 jiwa, disusul oleh Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 5.197 jiwa.
Seiring dengan proses pendataan yang terus berjalan, operasi pencarian dan pertolongan (SAR) korban masih berlangsung aktif di empat sektor prioritas. Area tersebut meliputi Kecamatan Sibabangun dan Aloban Bair di Kabupaten Tapanuli Tengah, Desa Garoga Kecamatan Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan, serta wilayah Pancuran Gerobak di Kota Sibolga. Tim SAR gabungan bekerja keras mempercepat pencarian, namun mereka tetap mengutamakan faktor keselamatan personel dan selalu mewaspadai kondisi cuaca ekstrem di lapangan.
Pada aspek penanganan infrastruktur, BNPB bersinergi dengan TNI dan Kementerian Pekerjaan Umum melakukan percepatan pemulihan akses darat yang terdampak bencana. Kabar baiknya, akses utama vital yang menghubungkan Kota Padangsidimpuan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga kini sudah dapat dilalui kendaraan kembali. Pemulihan ini terjadi setelah pemasangan Jembatan Bailey di Desa Anggoli, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah berhasil rampung 100 persen. Jembatan ini menjadi prioritas utama dan kini berfungsi optimal untuk mendukung mobilitas masyarakat serta kelancaran distribusi logistik.
Untuk mendukung percepatan penanganan di berbagai wilayah yang terdampak banjir dan longsor Sumatera Utara, sebanyak 115 unit alat berat sudah dikerahkan. Tim menggunakan alat berat tersebut untuk membersihkan material longsor, menormalisasi alur sungai yang tersumbat, dan memperbaiki badan jalan yang rusak. Konsentrasi alat berat terbanyak berada di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 54 unit dan Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 32 unit.
Sementara itu, dampak kerusakan rumah akibat bencana tercatat cukup signifikan. Total rumah rusak di Provinsi Sumatera Utara mencapai 28.708 unit. Dari total tersebut, 5.158 unit masuk kategori rusak berat, bahkan 1.068 unit dilaporkan hilang atau hanyut terbawa arus banjir dan longsor Sumatera Utara. Kabupaten Langkat mencatat jumlah rumah rusak terbanyak, yaitu 11.273 unit. Kemudian, Kabupaten Tapanuli Tengah menyusul dengan 6.481 unit dan Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 4.624 unit.
Sebagai bagian dari percepatan penanganan pengungsi yang kehilangan tempat tinggal, BNPB bersama pemerintah daerah terus berupaya menyiapkan pembangunan Hunian Sementara (Huntara). Di Kabupaten Tapanuli Utara, tim sudah memulai pembangunan 102 unit Huntara sejak Sabtu (13/12). Sementara itu, di Kabupaten Tapanuli Selatan, pemerintah sudah menyepakati lokasi relokasi di lahan milik PTPN IV Kebun Batang Toru dan Kebun Hapesong. Lokasi ini dipersiapkan untuk rencana pembangunan 488 unit Huntara.
Dalam rangka mendukung percepatan pemenuhan kebutuhan dasar dan pengurangan risiko lanjutan, BNPB juga terus menyalurkan bantuan logistik ke wilayah terdampak. Hingga saat ini, tim sudah mendistribusikan bantuan seberat 1,93 ton. Distribusi ini dilakukan melalui empat kali penerbangan menggunakan helikopter TNI dan BNPB dari Lanud Silangit menuju Kabupaten Tapanuli Tengah. Selain itu, upaya mitigasi dilakukan melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang masih dilaksanakan. Tim mengoperasikan dua pesawat sejak 7 Desember hingga 16 Desember. Total bahan semai yang digunakan mencapai 56.000 kilogram untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah terdampak.
BNPB memastikan bahwa koordinasi lintas kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah terus berjalan secara terpadu. Hal ini dilakukan untuk mendukung percepatan penanganan darurat dan pemulihan pascabencana, sehingga kebutuhan dasar masyarakat terdampak dapat terpenuhi secara bertahap dan menyeluruh.





