Kisah Heroik KRI Irian: Monster Laut TNI AL (Ordzhonikidze 310) yang Taklukkan Uni Soviet

Kisah Heroik KRI Irian: Monster Laut TNI AL (Ordzhonikidze 310) yang Taklukkan Uni Soviet
Kisah Heroik KRI Irian: Monster Laut TNI AL (Ordzhonikidze 310) yang Taklukkan Uni Soviet. (Dok. Facebook/artofwar)

Salingka Media – Kisah heroik KRI Irian, Monster Laut TNI AL yang taklukkan Uni Soviet di Vladivostok. Angkatan Laut Indonesia pernah memiliki kapal penjelajah buatan Rusia, KRI Irian atau Ordzhonikidze 310, yang merupakan kapal perang terbesar pada masanya. Dengan bobot dan kemampuan yang luar biasa, KRI Irian mendapat julukan ‘monster laut’.

Pada tahun 1960-an, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno membeli kapal ini sebagai persiapan untuk konflik melawan Belanda dalam upaya merebut Irian Barat. Kapal sepanjang 210 meter ini, setara dengan gedung 50 lantai jika ditegakkan secara vertikal, diawaki oleh 1.600 pelaut dan dilengkapi berbagai senjata berat yang canggih pada zamannya.

Meriam KRI Irian memiliki jangkauan tembak hingga 35 km, dan lapisan bajanya setebal 100 mm mampu menahan serangan meriam kapal Belanda. Selain itu, kapal ini juga dilengkapi senjata anti-serangan udara di geladaknya. Target utama KRI Irian adalah menenggelamkan HMS Karel Doorman, kapal induk kebanggaan Belanda.

Jika dibandingkan dengan kapal Angkatan Laut Belanda seperti HRMS Eversten, HRMS Kortenaer, dan HRMS Utrech yang pernah menenggelamkan KRI Matjan Tutul, KRI Irian jelas lebih unggul. Bahkan, menurut Letkol Laut KH (Purn) Edi Wahyono, KRI Irian hanya memerlukan seperempat dari kekuatannya untuk mengalahkan kapal-kapal tersebut.

Pengalaman ini didokumentasikan oleh Edi Wahyono dalam bukunya “Kulepas Engkau di Dermaga, Catatan dari Geladak RI Irian” yang diterbitkan oleh Warmedia Publisher pada tahun 2015.

Mengalahkan Pelaut Uni Soviet

KRI Irian pernah berlayar ke Vladivostok untuk pemeliharaan. Di salah satu pelabuhan utama Uni Soviet tersebut, awak KRI Irian berlatih bersama Angkatan Laut Blok Timur dan berhasil mengungguli pelaut Uni Soviet dalam simulasi pertempuran laut, terutama dalam hal kecepatan menembak dan kesiapan tempur.

Baca Juga :  Wage Rudolf Soepratman: 13 Fakta Menarik Tentang Pencipta Lagu "Indonesia Raya

Rahasianya adalah kecepatan dan kesiapan. Begitu menerima perintah menembak, para awak kapal langsung berlari ke pos masing-masing tanpa peduli kondisi mereka. Bahkan, mereka yang sedang mandi atau tidur langsung bersiap hanya dengan pakaian minimal.

Edi Wahyono menceritakan bahwa tidak ada satu pun awak kapal yang mengenakan perlengkapan lengkap seperti helm, pelindung telinga, atau seragam saat simulasi. Hal ini berbeda dengan pelaut Uni Soviet yang terlebih dahulu memakai perlengkapan lengkap sebelum beraksi, sehingga waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.

Dalam pertempuran laut, kecepatan sangat menentukan hidup dan mati. “Lebih baik kami berperang tanpa perlengkapan lengkap asalkan menang, daripada mati hanya karena lambat bersiap,” kata Edi menirukan semangat anak buahnya.

Akhir Tragis Monster Laut

Walaupun kesiapan tempur dan semangat awak KRI Irian sangat tinggi, mereka tidak pernah mendapatkan kesempatan bertempur dengan Belanda karena konflik di Irian Barat berakhir tanpa peperangan besar. Nasib KRI Irian pun berakhir tragis, dengan berbagai spekulasi menyebutkan bahwa kapal tersebut dijadikan besi tua atau diambil kembali oleh Uni Soviet agar tidak jatuh ke tangan Blok Barat.

KRI Irian merupakan bagian dari sejarah militer Indonesia yang pernah menjadi kekuatan yang disegani di Asia pada masa lalu.

Tinggalkan Balasan