Terungkap! Identitas Ayah Juna, Orang Tua yang Tega Aniaya dan Siksa Anak Kandungnya Sendiri Hingga Patah Tulang

Satu Pasangan Wanita Ditangkap karena Penganiayaan Keji, Terungkap Peran Ayah Juna yang Siksa Bocah 7 Tahun

Terungkap! Identitas Ayah Juna, Orang Tua yang Tega Aniaya dan Siksa Anak Kandungnya Sendiri Hingga Patah Tulang
Terungkap! Identitas Ayah Juna, Orang Tua yang Tega Aniaya dan Siksa Anak Kandungnya Sendiri Hingga Patah Tulang – Dok. Humas

Salingka Media, Jawa Timur – Sebuah kasus kekerasan yang menggemparkan publik kembali mencuat, setelah pihak kepolisian berhasil membongkar identitas pelaku penganiayaan terhadap seorang bocah berinisial MK (7). Kasus ini menjadi sorotan karena korban disiksa dengan sangat brutal, dan terungkap bahwa salah satu pelaku yang kerap disapa “ayah Juna” ternyata adalah seorang perempuan dan pasangan dari ibu kandung korban.

Polres Pelabuhan Tanjung Perak mengungkapkan bahwa dua tersangka yang ditangkap adalah SNK (42), ibu kandung korban, dan pasangannya, EF alias YA (40). EF ini adalah sosok yang selama ini dikenal oleh korban sebagai ayah Juna. Pengungkapan ini menguak fakta yang mengejutkan di balik perlakuan kejam yang dialami bocah malang tersebut.

Menurut Kasatreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak, AKP M Prasetyo, penyelidikan awal dimulai dari laporan yang diterima tentang kekerasan yang dialami MK. “Mereka adalah pasangan sejenis. Pelaku EF mengaku sebagai Yusuf Arjuna, atau yang lebih dikenal sebagai ayah Juna,” jelas AKP Prasetyo pada Sabtu (13/9/25).

Baca Juga :  Sepasang Remaja di Sijunjung Terlibat Kasus Narkoba, Ditangkap Saat Nongkrong Dekat Swalayan

Kronologi Penangkapan dan Fakta Mengerikan di Balik Kekerasan
Penyelidikan mendalam yang dilakukan oleh tim Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak mengungkap serangkaian tindakan sadis yang dilakukan oleh kedua tersangka. Korban, MK, tidak hanya mengalami pukulan dan tendangan, tetapi juga disiksa dengan cara yang sangat keji.

Menurut keterangan kepolisian, pelaku sering memukul, menendang, dan bahkan membanting tubuh korban. Tidak hanya itu, tindakan yang lebih mengerikan terungkap, seperti menyiram bensin dan membakar wajah korban di area kebun tebu. Kekerasan fisik juga mencakup pemukulan dengan kayu hingga menyebabkan patah tulang, dan bahkan serangan dengan golok. Korban juga disiram dengan air panas, yang meninggalkan luka bakar serius di tubuhnya.

Penyelidikan ini bermula dari informasi bahwa korban pernah bersekolah di sebuah TK di Balongbendo, Sidoarjo. Dengan informasi terbatas ini, tim penyelidik dari Polres Pelabuhan Tanjung Perak melacak keberadaan korban dan para pelaku.

Baca Juga :  Polri Pecat AKP DI, Pelaku Penembakan di Sumbar: Bukti Ketegasan Institusi

Berkat kolaborasi dengan PT KAI, polisi berhasil melacak identitas korban dan pelaku EF yang tercatat naik kereta api dari Stasiun Surabaya. Dari sana, tim melacak keberadaan mereka hingga akhirnya menemukan kedua tersangka di sebuah tempat kos di Desa Parengan, Krian, Sidoarjo.

Saat ini, kedua tersangka telah diamankan dan proses penyidikan lebih lanjut sedang ditangani oleh Direktorat Tindak Pidana PPA dan PPO Bareskrim Polri. Penangkapan ini menjadi titik terang bagi kasus kekerasan yang dialami MK dan diharapkan membawa keadilan bagi korban.

Pentingnya Perlindungan Anak dan Peran Masyarakat
Kasus tragis yang menimpa MK ini kembali mengingatkan kita akan kerentanan anak-anak terhadap kekerasan, bahkan dari orang terdekat. Fakta bahwa pelaku yang dianggap sebagai sosok “ayah” ternyata adalah pelaku kekerasan, menunjukkan betapa pentingnya peran masyarakat dalam mengawasi lingkungan sekitar.

Baca Juga :  Remaja Bersenjata Tajam Diciduk Polisi di Menteng, Diduga Hendak Tawuran

Pemerintah dan lembaga terkait diharapkan dapat memperketat pengawasan dan memberikan edukasi lebih luas mengenai perlindungan anak. Kasus ini juga menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih peka terhadap tanda-tanda kekerasan pada anak. Jika melihat atau mendengar indikasi kekerasan, jangan ragu untuk melapor kepada pihak berwajib atau lembaga perlindungan anak. Kesadaran dan tindakan kita dapat menjadi penyelamat bagi anak-anak yang menjadi korban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *