Salingkamedia.com, Padang Panjang – Terapkan Tutorial YouTube, Swatani ala Azhari, rumpun-rumpun padi yang menguning itu, langsung rebah dibabat pisau pemotong rumput. Sekejap saja. Begitu mesin diayunkan, tiga sampai lima rumpun tersusun rapi di tanah.
Tidak seperti memotong ilalang dengan mesin yang sama, biasanya ilalang betebaran ke mana-mana. Memungutnya susah, menguras tenaga juga. Beda dengan mesin pemotong padi hasil kreativitas Azhari (71) ini.
Apa yang dilakukan ketua Kelompok Tani Saiyo I ini, membuktikan ilmu bisa didapat dari mana saja. Tinggal lagi kemauan menerapkannya guna mendapatkan manfaat darinya.
Kepada Kominfo yang menyambanginya tatkala memanen padi di area sawahnya di belakang Ponpes Serambi Mekkah, Ahad (12/9), Azhari bercerita teknis memotong cepat menggunakan mesin pemotong rumput ini dia dapat dari YouTube. Dipelajarinya dengan seksama tutorial yang ada di kanal media sosial audio visual itu.
“Mesin pemotong rumputnya saya preteli sesuai petunjuk di video YouTube. Ditambahkan sekat besi di dekat mata pisau. Diberi kawat ram di sekat itu, guna penahan rumpun padi yang akan ditebas. Besinya dilas, saya upahkan ke tukang las. Pisau pemotong (cutter blade-red) memakai yang bulat,” terang pensiunan Dinas PU Kabupaten Tanah Datar ini.

Menggunakan mesin pemotong padi rakitan ini, Azhari merasa terbantu sekali. Area 100 meter persegi bisa selesai hanya 10-15 menit saja. Beda halnya jika dikerjakan manual menggunakan arit atau sabit dengan tenaga manusia. Hemat tenaga, hemat pula biaya.
“Perbandingannya, satu mesin ini sama dengan enam orang tukang sabit padi. Saya tidak perlu mengeluarkan upah, semua dikerjakan sendiri. Swatani,” ucap warga Guguk Malintang, Kecamatan Padang Panjang Timur tersebut.
Sebagai ketua kelompok tani, Azhari sudah mempromosikan penggunaan alat rakitan ini ke kelompok dan petani lainnya. Namun tidak ada yang berminat. Mereka lebih memilih sistem manual.
Tak hanya membuat mesin pemotong padi, hasil belajar kreatifnya dari YouTube, Azhari juga membuat alat penyiang rumput di sela-sela tanaman padinya. Pola tanamnya yang menggunakan Si Jarwo 2:1 (Sistem Tanam Jajar Legowo) memudahkannya mengoperasikan alat penyiang gulma itu. Ada ruang terbuka yang lebih lebar antara dua kelompok barisan tanaman padi di pola tanam Si Jarwo itu, yang memudahkannya memupuk, menyiangi dan mengendalikan hama.
“Untuk pemupukan, saya menggunakan pupuk organik cair. Tidak menggunakan pupuk kimia. Hasil panen saya lebih bagus dan tahan lama dengan rasa beras yang lebih manis dan gurih,” sebutnya.
Menjadi petani dengan pola swatani ini, jelas Azhari, semuanya dia kerjakan sendiri. Tidak melibatkan siapa pun. Tiga bidang sawah yang diolahnya, selesai olehnya sendiri. Berkat penggunaan teknologi yang ia pelajari dari berbagai kanal dan situs yang ada di internet.
Kendati dari segi usia sudah masuk lansia, Azhari mengaku tidak terbebani. Baginya, bertani adalah untuk pengisi hari-hari setelah pensiun. Hasil tani untuk konsumsi sendiri. Sehingga jadwalnya ke sawah dibatasinya hanya sampai menjelang Dzhuhur saja untuk kemudian beribadah dan lebih banyak di rumah. Namun karena teknologi tani yang digunakannya, kerja mudah, hasilnya tetap luarbiasa.