Global  

Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran Picu Gelombang Reaksi Global

Wujud Pesawat yang Digunakan AS untuk Bom 3 Situs Nuklir Iran
Wujud Pesawat yang Digunakan AS untuk Bom 3 Situs Nuklir Iran (Hasil tangkapan layar 20.detik.com

Pada hari Minggu waktu Iran, 22 juni, serangan udara Amerika Serikat yang menargetkan tiga situs nuklir Iran sontak mengguncang panggung internasional, memicu gelombang reaksi global serangan Iran yang beragam dan penuh ketegangan. Peristiwa ini dengan cepat menjadi sorotan utama, memunculkan spektrum tanggapan mulai dari pujian tajam hingga kecaman keras, serta seruan mendesak untuk de-eskalasi dari berbagai penjuru dunia. Reaksi global serangan Iran ini mencerminkan kompleksitas dan kerentanan situasi geopolitik saat ini, di mana setiap langkah militer dapat memiliki implikasi luas yang tak terduga.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, segera mengeluarkan pernyataan yang menyambut baik keputusan berani Presiden Donald Trump. Netanyahu memuji tindakan AS sebagai langkah bersejarah yang akan mencegah rezim berbahaya Iran memperoleh senjata paling mematikan di dunia. Baginya, langkah ini adalah tindakan yang adil dan kuat demi keamanan global.

Namun, di sisi berlawanan, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, melalui platform X, mengecam keras serangan tersebut. Ia menuduh Amerika Serikat telah melakukan pelanggaran serius terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Araqchi menegaskan bahwa peristiwa ini memiliki konsekuensi abadi dan Iran berhak mempertahankan kedaulatan, kepentingan, dan rakyatnya sesuai Piagam PBB. Kecaman serupa juga datang dari Venezuela, melalui Menteri Luar Negeri Yvan Gil, yang menyebut serangan ini sebagai agresi militer yang harus segera dihentikan. Presiden Kuba, Miguel Diaz-Canel, turut menyuarakan keprihatinan mendalamnya, menegaskan bahwa serangan AS merupakan eskalasi berbahaya yang melanggar hukum internasional dan berpotensi menjerumuskan kemanusiaan ke dalam krisis yang tak dapat diubah.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat terhadap Iran. Ia menyebutnya sebagai eskalasi berbahaya di wilayah yang sudah berada di ambang krisis, dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Guterres memperingatkan risiko bahwa konflik ini dapat dengan cepat lepas kendali, membawa konsekuensi menghancurkan bagi warga sipil dan stabilitas regional. Ia menyerukan kepada negara-negara anggota untuk meredakan ketegangan, mematuhi Piagam PBB, dan menegaskan bahwa tidak ada solusi militer, melainkan hanya diplomasi sebagai jalan menuju perdamaian.

Baca Juga :  Kanada Membara, Kebakaran Hutan Telan Ribuan Hektar dan Paksa Warga Mengungsi

Beberapa negara lain turut menyuarakan kekhawatiran dan menyerukan de-eskalasi. Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, menekankan pentingnya diplomasi untuk mencapai penyelesaian yang berkelanjutan dan mendesak semua pihak untuk kembali ke meja perundingan. Juru Bicara Pemerintah Australia juga menyoroti ancaman program nuklir dan rudal balistik Iran, namun mencatat pernyataan Presiden AS tentang niat menuju perdamaian, sembari terus menyerukan dialog dan diplomasi. Kementerian Luar Negeri Meksiko, melalui platform X, turut mendesak dialog diplomatik demi perdamaian di Timur Tengah, mengulang seruan untuk meredakan ketegangan dan memulihkan kerukunan damai antar negara di kawasan tersebut.

Reaksi global serangan Iran ini menggarisbawahi urgensi diplomasi dan dialog dalam menghadapi tantangan geopolitik yang semakin rumit. Dunia kini menanti langkah selanjutnya dari para pemimpin untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mencari solusi damai di tengah ketegangan yang membara ini.

Tinggalkan Balasan