Salingka Media – Sumatera Barat, sebuah provinsi yang kaya akan budaya dan sejarah, telah menjadi tempat lahirnya banyak figur inspiratif. Di antara mereka, nama-nama seperti Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Taufiq Ismail, dan Mursal Esten adalah tokoh yang menonjol dan memberikan sumbangsih besar bagi Indonesia. Masing-masing dari mereka mengukir jejaknya di bidang yang berbeda, mulai dari pemikiran keagamaan, sastra, hingga pendidikan.

Buya Hamka: Pilar Agama, Sastra, dan Budaya
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, lebih dikenal sebagai Buya Hamka, lahir di Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 17 Februari 1908. Sebagai putra dari ulama reformis Islam, ia tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai agama dan adat Minangkabau.
Perjalanan intelektualnya dimulai dari seorang guru agama dan wartawan. Hamka dikenal luas lewat tulisan-tulisannya, baik dalam bentuk artikel maupun buku. Karyanya yang monumental adalah Tafsir Al-Azhar, sebuah tafsir Al-Qur’an yang ditulisnya saat menjalani masa tahanan. Selain itu, ia juga merupakan sastrawan ulung dengan karya-karya novel yang legendaris, seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981, meninggalkan warisan pemikiran yang masih relevan hingga kini.

Taufiq Ismail: Suara Kritis Lewat Puisi
Lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 25 Juni 1935, Taufiq Ismail dikenal sebagai penyair dan aktivis yang berpengaruh. Ia merupakan salah satu tokoh kunci dari “Angkatan ’66” dalam dunia sastra Indonesia, yang karya-karyanya banyak menyuarakan kritik terhadap kondisi sosial dan politik.
Melalui puisi-puisinya, Taufiq Ismail menyentuh hati dan kesadaran pembaca. Beberapa karyanya yang paling terkenal antara lain kumpulan puisi Tirani (1966) dan Benteng (1966), serta puisi-puisi seperti “Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini” (1966) dan “Kembalikan Indonesia Padaku” (1971). Hingga saat ini, Taufiq Ismail tetap aktif berkarya dan menginspirasi generasi muda melalui kata-katanya.

Mursal Esten: Dedikasi untuk Sastra dan Pendidikan
Prof. Dr. Mursal Esten merupakan seorang akademisi, sastrawan, dan budayawan kelahiran Solok, Sumatera Barat, pada 5 September 1941. Ia dikenal karena kontribusinya yang besar dalam pengembangan kurikulum pendidikan dan penelitian di bidang sastra.
Mursal Esten berdedikasi tinggi untuk memajukan dunia pendidikan dan apresiasi terhadap sastra di Indonesia. Pengabdiannya di dunia akademik, khususnya di Universitas Negeri Padang, telah melahirkan banyak intelektual dan sastrawan baru. Ia juga menjadi Ketua Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia (HISKI) Pusat dari 1988 hingga 2001. Mursal Esten meninggal pada 17 Agustus 2003, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam dunia pendidikan dan sastra Indonesia.
Warisan yang Tak Lekang oleh Waktu
Ketiga tokoh ini, meskipun lahir di tempat yang berbeda di Sumatera Barat, memiliki benang merah yang sama: kecintaan pada ilmu pengetahuan, seni, dan budaya. Hamka dengan keteguhan imannya, Taufiq Ismail dengan keberanian suaranya, dan Mursal Esten dengan pengabdiannya di dunia pendidikan. Mereka adalah simbol nyata dari kekayaan intelektual Ranah Minang yang telah memberikan kontribusi abadi bagi bangsa Indonesia.