
Salingka Media, Padang Pariaman – Keheningan pagi di wilayah Kampung Tangah, Nagari III Koto Aur Malintang Timur, mendadak berubah menjadi kepanikan pada Rabu, 19 November. Sesosok tubuh kaku ditemukan tergantung di sebuah pohon alpukat tepat di samping sebuah rumah warga. Berdasarkan identifikasi kepolisian, jenazah tersebut merupakan Indra Jaya, sosok yang menjadi sorotan dalam kasus pria gantung diri di Padang Pariaman yang diduga kuat mengalami guncangan jiwa hebat akibat masalah asmara dan keluarga.
Penemuan tragis ini bermula sekitar pukul 06.30 WIB ketika aktivitas warga baru saja dimulai. Seorang saksi mata yang hendak menuju kamar mandi di rumah nenek korban terperanjat melihat pemandangan mengerikan di sisi kanan rumah. Tanpa menunggu lama, saksi langsung memberitahukan warga lain dan menurunkan tubuh korban sebelum akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek IV Koto Aur Malintang untuk penanganan lebih lanjut.
Kapolsek IV Koto Aur Malintang, Iptu Muhammad Basir, membenarkan insiden tersebut dan segera menerjunkan tim untuk melakukan olah tempat kejadian perkara. Fakta yang cukup menyayat hati terungkap bahwa Indra Jaya sebenarnya baru saja menginjakkan kaki di kampung halamannya. Pria berusia 45 tahun ini diketahui baru empat hari pulang dari perantauannya di Jepara, Jawa Tengah. Niat hati ingin kembali berkumpul dengan keluarga justru berakhir dengan duka mendalam bagi kerabat yang ditinggalkan.
Penyelidikan awal polisi menyoroti latar belakang kehidupan pribadi korban yang cukup pelik. Pihak keluarga memberikan keterangan bahwa korban mengalami tekanan mental yang sangat berat sejak mengetahui status pernikahannya. Istri korban dikabarkan telah menikah dengan laki-laki lain pada awal tahun 2025 dan meninggalkan korban beserta tiga orang anak mereka. Situasi inilah yang disinyalir menjadi pemicu utama kasus pria gantung diri di Padang Pariaman ini nekat mengambil jalan pintas.
Sebelum ditemukan tewas, korban sempat menunjukkan gelagat yang tidak biasa dan penuh kegelisahan pada malam harinya. Berdasarkan kronologi yang dihimpun polisi, korban beberapa kali mendatangi rumah kakaknya dengan kondisi memprihatinkan. Sekitar pukul 19.00 WIB, korban sempat meminta keponakannya untuk menjualkan jam tangan miliknya karena ia mengaku sama sekali tidak memegang uang.
Tidak berhenti di sana, kegelisahan korban berlanjut hingga larut malam. Korban sempat meminta dibuatkan teh manis untuk menenangkan diri. Bahkan pada pukul 00.00 WIB dan pukul 02.30 WIB dini hari, ia kembali mengetuk rumah kerabatnya hanya untuk meminta makan. Rentetan kejadian ini seolah menjadi sinyal permintaan tolong tersirat dari korban yang sedang bergulat dengan batinnya sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Bukti paling memilukan ditemukan pada ponsel milik korban. Sekitar pukul 03.00 WIB atau beberapa jam sebelum jasadnya ditemukan, korban mengirimkan pesan perpisahan kepada anak-anak dan mantan istrinya. Iptu Basir menjelaskan bahwa isi pesan tersebut sangat menyentuh, di mana korban meminta maaf dan menitipkan salam terakhir. Korban menuliskan rasa sayangnya kepada ketiga anaknya dan memberikan salam kepada mantan istri serta suami barunya.
Tim medis yang dipimpin oleh dr. Fhadila Yusra segera melakukan pemeriksaan visum luar (visum et repertum) terhadap jenazah. Hasil pemeriksaan medis memperkuat dugaan bunuh diri murni. Dokter menemukan luka lecet tekan yang melingkar pada leher sepanjang 24 sentimeter, yang merupakan tanda khas akibat jeratan tali. Selain itu, ditemukan cairan tubuh yang lazim keluar pada korban kasus gantung diri.
Polisi memastikan tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik atau penganiayaan pada tubuh korban. Berdasarkan kondisi jenazah, korban diperkirakan meninggal dunia kurang dari dua jam sebelum ditemukan oleh warga. Pihak keluarga sendiri telah menerima peristiwa pria gantung diri di Padang Pariaman tersebut sebagai sebuah musibah dan menolak untuk dilakukan otopsi lanjutan. Jenazah kemudian langsung diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan secara layak di pemakaman kaum setempat.





