Misteri Kematian Tragis Tari, Anak Gajah Kehormatan Riau yang Menghebohkan Dunia Konservasi

Misteri Kematian Tragis Tari, Anak Gajah Kehormatan Riau yang Menghebohkan Dunia Konservasi
Misteri Kematian Tragis Tari, Anak Gajah Kehormatan Riau yang Menghebohkan Dunia Konservasi – Foto : Via X/@jellypastaa

Dunia konservasi kembali diselimuti duka mendalam. Kabar tragis datang dari pedalaman Riau, di mana seekor anak gajah sumatera yang dikenal dengan nama Tari, ditemukan tak bernyawa. Gajah betina berusia dua tahun yang telah menjadi simbol harapan dan ikon konservasi ini, menghembuskan napas terakhirnya di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan. Kematian tragis Tari tidak hanya menyisakan kesedihan, tetapi juga menimbulkan tanda tanya besar, hingga memaksa aparat kepolisian turun tangan untuk mengungkap misteri di baliknya.

Tari adalah gajah betina yang lahir pada 31 Agustus 2023, buah hati dari induk bernama Lisa dan seekor gajah liar. Sejak kelahirannya, tingkahnya yang lucu dan menggemaskan berhasil mencuri perhatian banyak orang, membuatnya menjadi bintang di media sosial dan simbol kampanye pelestarian satwa liar. Bahkan, statusnya naik menjadi “warga kehormatan Riau” bersama rekannya, Domang, pada Juli 2025. Namun, keceriaan itu kini hanya tinggal kenangan. Pihak berwajib, dalam hal ini Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau, kini bergerak cepat untuk mengusut tuntas kematian anak gajah Tari ini.

Kronologi Misterius yang Penuh Tanda Tanya
Berdasarkan keterangan resmi yang diberikan Kepala Balai TNTN, Heru Sutmantoro, peristiwa tragis ini terjadi pada Rabu, 10 September 2025, sekitar pukul 08.00 WIB. Padahal, sehari sebelumnya, tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Pada Selasa pagi, Tari dilaporkan masih dalam kondisi prima. Ia tampak aktif, bermain, dan memiliki nafsu makan normal. Intensitas menyusu sedikit berkurang, namun hal itu tidak dianggap sebagai gejala sakit. Bahkan hingga sore hari, kondisinya tetap stabil.

Baca Juga :  Pria yang Diduga Cabuli Anak Tiri Saat Tidur Berhasil diamankan Polisi

Namun, keesokan harinya, seorang mahout atau pawang gajah yang bertugas menemukan Tari dalam keadaan tergeletak tak bergerak. Sontak, kabar ini mengejutkan seluruh staf di Balai TNTN. Pemeriksaan fisik awal tidak menemukan adanya luka atau trauma pada tubuhnya, tetapi perut Tari terlihat sedikit menggembung. Dugaan sementara mengarah pada kemungkinan peracunan, sebuah hipotesis yang kini sedang didalami secara serius oleh kepolisian.

Pihak berwajib, menurut Kasubdit IV Ditreskrimsus Polda Riau AKBP Nasrudin, masih mendalami kemungkinan gajah tersebut diracun. Ia menambahkan, hasil penyelidikan akan disampaikan kepada publik setelah prosesnya selesai. Ia menambahkan, timnya telah berkolaborasi dengan pihak Balai TNTN dan BBKSDA Riau untuk mengumpulkan bukti dan informasi yang diperlukan. Proses investigasi ini membutuhkan waktu, dan pihak berwenang berjanji akan memberikan laporan resmi setelah semua hasil analisis terkumpul.

Untuk mendapatkan jawaban yang pasti, dokter hewan telah melakukan tindakan nekropsi, atau bedah bangkai, dan mengambil sampel organ-organ penting dari tubuh Tari. Sampel ini kemudian akan dikirim ke laboratorium di Bogor untuk dianalisis lebih lanjut. “Hasil resmi akan disampaikan setelah proses analisis selesai,” terang Heru Sutmantoro, menunjukkan komitmen untuk menunggu dasar ilmiah yang akurat sebelum menyimpulkan penyebab kematian anak gajah Tari.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Sambut Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dengan Antusias

Simbol Kehilangan dan Pengingat Keras bagi Dunia Konservasi
Kepergian Tari adalah kehilangan besar, tidak hanya bagi para mahout dan pengelola TNTN yang telah merawatnya dengan penuh kasih, tetapi juga bagi seluruh masyarakat yang peduli terhadap kelestarian gajah sumatera. Selama hidupnya, Tari memiliki peran penting dalam upaya konservasi. Heru Sutmantoro menyebutkan, Tari adalah simbol penting yang merefleksikan kerentanan satwa liar ini di tengah ancaman perburuan dan kerusakan habitat yang terus meningkat.

Meninggalnya Tari menambah panjang daftar duka di Tesso Nilo. Dalam sepuluh tahun terakhir, tercatat ada 23 kasus kematian gajah di taman nasional ini, dengan beragam penyebab, mulai dari perburuan liar, keracunan, hingga konflik dengan manusia. Kondisi ini menjadi pengingat keras bahwa upaya perlindungan satwa liar harus terus diperkuat. Kematian Tari telah menggugah hati ribuan warganet, yang membanjiri akun Instagram Balai TNTN dengan pesan duka, menunjukkan betapa besarnya perhatian publik terhadap nasib gajah ini.

Baca Juga :  Personil Samapta Polres Solok Selatan Berikan Rasa Aman di Pasar Tradisional

Kapolda Riau, Irjen Herry Heryawan, yang sebelumnya mengangkat Tari sebagai anak angkat, juga merasakan duka mendalam. Ia menganggap Tari bukan sekadar seekor gajah, melainkan simbol keseimbangan alam dan suara hutan yang terancam. Kepergian Tari, bagi Herry, harus menjadi cambuk bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam. Meskipun menyakitkan, misteri di balik kematian anak gajah Tari ini diharapkan menjadi momentum untuk menguatkan komitmen konservasi, agar tidak ada lagi nyawa gajah yang hilang secara sia-sia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *