Pencarian Enam Nelayan Akibat Kapal Primadona Hilang di Pasaman Barat Terus Diperluas

Pencarian Enam Nelayan Akibat Kapal Primadona Hilang di Pasaman Barat Terus Diperluas
Pencarian Enam Nelayan Akibat Kapal Primadona Hilang di Pasaman Barat Terus Diperluas – Dok. Humas Kantor SAR Padang

Salingka Media – Insiden mengejutkan terjadi di perairan Sumatera Barat yang melibatkan moda transportasi laut antar pulau. Kasus Kapal Primadona hilang di Pasaman Barat kini menjadi fokus utama operasi penyelamatan setelah kapal tersebut dilaporkan putus kontak secara misterius. Tim pencarian dan pertolongan gabungan telah bergerak cepat menyisir lokasi untuk melacak keberadaan enam orang yang berada di dalam kapal yang seharusnya sudah bersandar sejak siang hari tersebut.

Kejadian bermula ketika kapal nelayan bernama Primadona ini memulai pelayarannya pada Kamis pagi. Berdasarkan data yang dihimpun, kapal bertolak dari Pulau Tanahmasa, Kepulauan Nias, tepat pada pukul 06.30 WIB. Tujuan akhir perjalanan laut ini adalah kawasan Air Bangis di Kabupaten Pasaman Barat. Dalam kondisi normal, estimasi waktu tempuh seharusnya membuat kapal ini tiba di dermaga tujuan pada tengah hari di hari yang sama. Namun, hingga matahari terbenam dan malam menjelang, kapal tersebut tidak kunjung menampakkan tanda-tanda kedatangan.

Kecemasan mulai melanda pihak keluarga nelayan ketika komunikasi terputus total. Menyadari ada yang tidak beres, salah satu perwakilan keluarga korban bernama Khairul Anami segera mengambil tindakan. Ia melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang pada pukul 22.40 WIB, setelah menunggu kepastian selama berjam-jam tanpa hasil. Laporan ini menjadi dasar dimulainya operasi tanggap darurat oleh otoritas terkait.

Kepala Kantor SAR Padang, Abdul Malik, merespons laporan tersebut dengan langkah taktis yang cepat. Pihaknya segera melakukan koordinasi lintas sektor, termasuk menyebarkan informasi darurat atau pemapelan ke Vessel Traffic Service (VTS) serta kantor SAR terdekat. Langkah ini diambil untuk memperluas jangkauan informasi kepada kapal-kapal lain yang mungkin melintas di jalur yang sama agar dapat memberikan pertolongan jika menemukan tanda-tanda keberadaan kapal.

Baca Juga :  Wakil Ketua DPRD Endra Yama Bersama Wabup Risnawanto Hadiri Isra’ Mi’raj Di Sasak Ranah Pasisir

Berdasarkan pelacakan terakhir, posisi kapal terdeteksi pada pukul 09.00 WIB. Koordinat terakhir yang terekam berada di sekitar 0°3′25.52″ Lintang Utara dan 99°9′33.41″ Bujur Timur. Lokasi ini berada di sekitar perairan Pulau Pangkal. Sayangnya, setelah jam tersebut, tidak ada lagi sinyal atau komunikasi yang bisa tersambung, membuat nasib Kapal Primadona hilang di Pasaman Barat ini menjadi tanda tanya besar hingga saat ini.

Operasi pencarian fisik di lapangan dimulai secara intensif sejak Jumat pagi pukul 06.30 WIB. Tim Rescue Kantor SAR Padang memberangkatkan enam personel pilihan menggunakan armada Rigid Inflatable Boat (RIB) 03. Mereka berangkat dari Dermaga RIB Sasak dengan menempuh jarak sekitar 33,4 mil laut menuju titik koordinat dugaan hilangnya kapal (Last Known Position/LKP). Perjalanan laut menuju titik tersebut diperkirakan memakan waktu sekitar tiga jam dengan kondisi laut yang dinamis.

Guna memaksimalkan upaya penyisiran, tim SAR tidak hanya mengandalkan pengamatan visual mata telanjang. Operasi ini didukung oleh peralatan canggih, termasuk penggunaan drone untuk pemantauan udara yang lebih luas dan efektif. Selain itu, tim juga dibekali dengan peralatan medis lengkap, alat komunikasi radio jarak jauh, serta peralatan pendukung keselamatan laut (PAL) lainnya. Penggunaan teknologi nirawak diharapkan dapat mendeteksi objek terapung yang mungkin terlewatkan oleh pandangan dari atas kapal patroli.

Baca Juga :  Pemkab Pasaman Barat Tanggapi Terbuka Hasil Evaluasi 100 Hari Kerja Kepala Daerah

Identifikasi kapal juga menjadi faktor penting dalam pencarian ini. Kapal Primadona memiliki spesifikasi fisik dengan panjang 12 meter dan lebar 1,8 meter. Ciri khas yang paling mudah dikenali adalah warna lambung kapal yang didominasi kombinasi putih dan merah. Kapal ini ditenagai oleh dua unit mesin tempel berkekuatan masing-masing 40 PK. Kekuatan mesin tersebut seharusnya cukup mumpuni untuk melintasi rute Nias-Air Bangis, namun kendala teknis di tengah laut selalu menjadi risiko yang tak terduga.

Mengenai para korban, data sementara mencatat ada enam orang di atas kapal tersebut yang terdiri dari awak dan penumpang. Empat orang di antaranya telah terkonfirmasi identitasnya dan tercatat sebagai warga Air Bangis. Mereka adalah Zulfikar berusia 52 tahun, Akmal Daudi berusia 40 tahun, Mario berusia 36 tahun, dan Andika Putra yang merupakan korban termuda berusia 26 tahun. Sementara itu, dua orang lainnya masih dalam proses pendataan dan menunggu konfirmasi lebih lanjut dari pihak keluarga masing-masing.

Fokus utama tim gabungan saat ini adalah menyisir radius di sekitar lokasi kontak terakhir. Besar harapan bahwa kapal hanya mengalami mati mesin atau kerusakan teknis sehingga masih terapung di area yang dapat dijangkau. Namun, tantangan cuaca di perairan Pasaman Barat yang kerap berubah drastis menjadi hambatan tersendiri bagi tim penyelamat di lapangan. Gelombang dan arus laut sangat mempengaruhi pergerakan objek di permukaan air, yang bisa saja membawa kapal menjauh dari titik koordinat awal.

Baca Juga :  Ketua DPRD Pasbar H. Erianto Tinjau Pencarian Korban Diterkam Buaya di Rantau Panjang

Pihak Kantor SAR Padang menegaskan komitmennya untuk terus melakukan pencarian hingga ada kejelasan nasib para korban. Abdul Malik menyampaikan harapannya agar insiden Kapal Primadona hilang di Pasaman Barat ini dapat berakhir dengan kabar baik dan seluruh penumpang dapat dievakuasi dalam keadaan selamat. Operasi SAR akan terus dievaluasi setiap harinya untuk menentukan area penyisiran yang paling potensial.

Sebagai penutup, peristiwa ini menjadi pengingat keras bagi seluruh masyarakat nelayan dan pengguna transportasi laut. Otoritas SAR mengimbau agar setiap rencana pelayaran selalu dibarengi dengan pengecekan alat komunikasi yang mumpuni serta pemantauan prakiraan cuaca terkini. Kesiapan alat keselamatan dan kondisi mesin kapal harus menjadi prioritas mutlak demi mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang. Keluarga korban dan masyarakat kini hanya bisa menunggu dan berdoa agar tim SAR segera membawa pulang para nelayan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *