
Salingka Media – Kemunculan beruang madu di Nagari Simanau, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada Minggu siang (8/6) memicu kekhawatiran serius di kalangan penduduk. Satwa dilindungi ini terlihat sangat dekat dengan area permukiman, tepatnya di lokasi yang strategis dan sering dilalui warga. Kejadian ini, yang bukan insiden terisolasi, meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi ancaman.
Berdasarkan dokumentasi foto yang beredar, seekor beruang madu berwarna hitam dengan corak putih mencolok di wajahnya, terekam sedang memanjat pohon jambu. Lokasinya hanya beberapa meter dari jalan beraspal yang menjadi akses vital penghubung Sirukam–Tigo Lurah. Keberadaan hewan ini, yang begitu dekat dengan jalur utama, sontak menjadi topik perbincangan hangat di tengah masyarakat.
Yusrial Dani Putra (38), Ketua Pemuda Nagari Simanau, membenarkan penampakan tersebut. Ia menjelaskan bahwa lokasi kejadian berada di kawasan Aia Busuak, hanya sekitar 3 hingga 5 meter dari jalur lalu lintas utama. “Hewan itu terlihat jelas oleh warga, posisinya sangat dekat dengan jalan. Ini membuat warga cemas karena ini bukan kali pertama beruang muncul di sini,” ujar Dani saat diwawancarai oleh Sumbarkita pada Selasa (10/6).
Dani menambahkan, kekhawatiran warga bukan tanpa alasan. Ia mengingat kembali insiden pada tahun 2024, di mana dua warga menjadi korban serangan beruang di lokasi yang tidak jauh dari kemunculan kali ini. Peristiwa tersebut bahkan melibatkan perkelahian fisik antara warga dan satwa liar, mengakibatkan luka-luka pada warga dan beruang yang juga terkena senjata tajam saat membela diri. “Kami belum tahu apakah beruang ini individu yang sama atau bukan, tapi masyarakat jadi was-was,” tambahnya.
Hingga laporan ini disusun, beruang madu tersebut belum kembali terlihat. Namun, keresahan masyarakat terus meningkat, menyadari potensi ancaman serius terhadap keselamatan mereka. Dani mendesak instansi terkait, khususnya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar dan pemerintah daerah, untuk segera mengambil langkah antisipatif guna mencegah konflik antara manusia dan satwa liar.
“Ini bukan jalan kecil, tapi jalan utama yang dilewati warga setiap hari. Kami minta ada langkah nyata dan cepat sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi,” tegas Dani, menyoroti urgensi penanganan masalah ini sebelum berpotensi menimbulkan korban jiwa atau kerugian lainnya.