Bencana Irigasi Padang Ancam 2.912 Hektare Sawah, Kekeringan Besar Mengintai

Dampak Parah Banjir Bandang: Ribuan Hektare Sawah Terancam Kekeringan Besar

Bencana Irigasi Padang Ancam 2.912 Hektare Sawah, Kekeringan Besar Mengintai
Dua saluran irigasi utama di Kota Padang dilaporkan rusak setelah dihantam banjir bandang. Kerusakan ini membuat ribuan hektare lahan persawahan terancam tidak mendapat pasokan air. – Dok. Foto : posmetropadang

Salingka Media – Bencana alam berupa banjir bandang yang melanda Kota Padang pada Jumat (28/11) lalu menyisakan dampak serius terhadap sektor pertanian. Data terbaru menunjukkan bahwa nyaris 3.000 hektare lahan persawahan di Kota Padang kini berada di ambang kekeringan besar menyusul rusaknya dua infrastruktur irigasi utama. Kondisi ini menjadi perhatian mendesak mengingat signifikansi lahan tersebut sebagai lumbung pangan lokal.

Kepala Dinas Pertanian Kota Padang, Yoice Yuliani, mengonfirmasi bahwa total 2.912,16 hektare sawah terancam terdampak langsung oleh krisis air ini. Angka tersebut mencakup lahan yang tersebar di beberapa wilayah padat pertanian, seperti Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji, sebagian Kecamatan Lubuk Kilangan, Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Padang Timur, dan sebagian kecil Kecamatan Pauh. Jika dibandingkan dengan total luas sawah eksisting di Kota Padang yang mencapai 4.358 hektare, kerusakan infrastruktur ini memengaruhi lebih dari 50 persen area persawahan di kota tersebut. Jelas, ini adalah bencana irigasi Padang yang membutuhkan penanganan cepat dan terkoordinasi.

Yoice Yuliani menjelaskan, pemicu utama ancaman kekeringan besar ini adalah kerusakan berat pada dua bendungan irigasi skala besar, yakni Bendungan Koto Tuo dan Bendungan Gunung Nago. Kedua bendungan ini memiliki peran vital sebagai sumber pengairan bagi ribuan hektare sawah.

Di Bendungan Koto Tuo yang berlokasi di Koto Tangah, struktur intake atau pintu pengambilan air mengalami kerusakan yang sangat parah. Intake tersebut dilaporkan jebol, sehingga otomatis menghentikan aliran air menuju saluran irigasi. Dampak langsung dari kerusakan ini terasa di Kecamatan Koto Tangah, di mana sekitar 900 hektare dari total 1.200 hektare sawah di wilayah tersebut terancam tidak teraliri air. Prediksi Dinas Pertanian menyebutkan bahwa dalam beberapa hari ke depan, seluruh lahan sawah di Koto Tangah berpotensi mengalami kekeringan total jika tidak ada intervensi segera.

Baca Juga :  Kapolda Sumbar Resmikan Pelatihan Dubalang, Wujud Sinergi Jaga Keamanan Lokal

Situasi serupa terjadi pada Bendungan Gunung Nago. Di bendungan ini, intake ke jalur kanan yang bertanggung jawab mengairi sawah di Kecamatan Nanggalo, sebagian Kelurahan Gunung Sarik, Sungai Sapih, Kalumbuk, dan Korong Gadang, juga dilaporkan jebol. Kerusakan tak hanya di jalur kanan; intake jalur kiri Bendungan Gunung Nago yang mengairi wilayah lebih luas—termasuk Kelurahan Piai Tangah, Pisang, sebagian Binuang Kampung Dalam, Cupak Tangah, serta sawah di sebagian Kecamatan Padang Timur, Kuranji, dan tiga kelurahan di Lubuk Begalung—ikut mengalami kerusakan serupa. Yoice Yuliani menambahkan, melalui Irigasi Gunung Nago saja, luasan sawah yang terdampak ancaman kekeringan diperkirakan mencapai 2.000 hektare, menjadikannya titik paling kritis dari bencana irigasi Padang ini.

Menghadapi situasi darurat ini, Dinas Pertanian Kota Padang bergerak cepat melakukan koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWS) V. Awalnya, Kelompok Tani di Koto Tangah sempat mengajukan permohonan bantuan pompa air berkapasitas besar untuk segera mengalirkan air ke lahan yang tanamannya banyak sedang dalam fase pertumbuhan. Namun, BWS V menyarankan solusi yang lebih berkelanjutan dan efisien dalam jangka panjang.

Baca Juga :  Penanganan Bencana Dinsos Sumbar Kerahkan Ratusan TAGANA dan Salurkan Bantuan Besar untuk Warga

Saran dari BWS V adalah membangun bronjong atau tumpukan batu yang dikemas dalam kawat. Metode ini dianggap lebih efektif untuk mengarahkan aliran air kembali ke saluran irigasi tanpa memakan biaya operasional yang tinggi seperti penggunaan pompa besar.

Lebih lanjut, Kadis Pertanian Padang menjelaskan bahwa Bendungan Koto Tuo dan Gunung Nago merupakan aset irigasi yang berada di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat. Oleh karena itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Padang kini telah mengambil alih peran untuk berkoordinasi langsung dengan pihak provinsi guna mempercepat penanganan dan perbaikan permanen pada dua bendungan kritis tersebut.

Selain ancaman kekeringan, dampak bencana banjir bandang juga sudah menyebabkan gagal panen atau puso pada sekitar 357 hektare sawah. Sebagian besar lahan yang puso ini, termasuk di Kelurahan Kuranji, sempat terbenam oleh lumpur tebal. Diperkirakan, angka puso ini akan terus bertambah dan meluas seiring dengan meluasnya dampak kekeringan akibat infrastruktur irigasi yang rusak. Kekeringan yang berkepanjangan akan menghambat pertumbuhan tanaman padi, bahkan dapat menyebabkan kematian total pada bibit yang baru tumbuh.

Baca Juga :  Menhan Pakistan: Barat Ciptakan Jihad, Kami Jadi Korban Terorisme

Meski demikian, tidak semua wilayah persawahan mengalami ancaman yang sama. Dinas Pertanian mencatat bahwa lahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 650 hektare dan sebagian Kecamatan Lubuk Begalung relatif aman dari dampak banjir bandang dan krisis air. Kondisi ini disebabkan karena sekitar 75 persen sumber air untuk sawah di kedua kecamatan tersebut berasal dari hulu Sungai Lubuk Peraku, yang tidak terpengaruh oleh kerusakan irigasi utama di wilayah lain. Upaya pengamanan dan pemeliharaan sumber air di Lubuk Peraku harus menjadi prioritas agar setidaknya sebagian kecil lahan pertanian Kota Padang tetap produktif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *