
Salingka Media – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara resmi mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi gelombang tinggi yang sangat membahayakan di berbagai wilayah perairan Indonesia. Fenomena ini diperkirakan berlangsung antara tanggal 25 hingga 28 November 2025. Peningkatan tinggi gelombang ini merupakan dampak langsung dari keberadaan Siklon Tropis FINA di Laut Timor, tepatnya di wilayah Perairan sebelah barat daya Darwin, Australia. Dampak Akibat Siklon FINA ini diperburuk dengan kemunculan dua bibit siklon tropis lain, yaitu Bibit Siklon Tropis 95B di Selat Malaka timur Aceh dan Bibit Siklon Tropis 92W di Laut Filipina utara Maluku Utara, yang secara kolektif memicu peningkatan kecepatan angin yang signifikan.
Direktur Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, menjelaskan bahwa kombinasi faktor siklon tropis ini menjadi pemicu utama kondisi cuaca ekstrem di maritim Indonesia. Siklon dan bibit siklon tropis ini berperan besar dalam mempercepat pola hembusan angin di perairan nasional.
Di kawasan Indonesia bagian utara, pergerakan angin umumnya terpantau dari arah barat laut menuju timur laut, dengan kecepatan yang berkisar antara 6 hingga 30 knot. Sementara itu, untuk wilayah Indonesia bagian selatan, angin bertiup dari tenggara hingga barat daya dengan laju yang sedikit lebih rendah, yakni 6 hingga 25 knot. Data BMKG menunjukkan bahwa kecepatan angin tertinggi terpusat di area Selat Malaka bagian tengah. Perbedaan pola dan kecepatan angin ini secara langsung berdampak pada peningkatan tinggi gelombang laut.
Rincian Sebaran Potensi Ketinggian Gelombang
BMKG merinci potensi ketinggian gelombang yang harus diwaspadai, membaginya ke dalam tiga kategori:
Kategori 1: Gelombang Sedang (1,25–2,5 Meter)
Gelombang dengan ketinggian ini berpeluang terjadi di beberapa titik, termasuk Selat Malaka bagian tengah, perairan Samudera Hindia sebelah barat Kepulauan Mentawai, Samudera Hindia barat Lampung, dan Samudera Hindia di selatan Jawa, DIY, Bali, hingga NTT. Selain itu, potensi gelombang kategori ini juga meliputi Laut Jawa bagian barat, sebagian besar Laut Sulawesi (barat dan timur), Laut Arafuru bagian barat, dan beberapa area Samudera Pasifik di utara Maluku dan Papua.
Kategori 2: Gelombang Tinggi (2,5–4,0 Meter)
Ketinggian gelombang yang lebih ekstrem, yakni antara 2,5 hingga 4,0 meter, diprakirakan mengancam wilayah vital seperti Samudra Hindia di sebelah barat Aceh dan Samudra Hindia barat Kepulauan Nias. Gelombang setinggi ini sangat berisiko dan merupakan konsekuensi yang tidak terhindarkan Akibat Siklon FINA dan sistem siklon lainnya.
Kategori 3: Gelombang Sangat Tinggi (4,0–6,0 Meter)
Puncak dari peringatan ini adalah potensi gelombang sangat tinggi yang dapat mencapai 4 hingga 6 meter. Wilayah yang paling berisiko mengalami kondisi ekstrem ini selama periode 25-28 November 2025 adalah perairan Laut Natuna Utara. Kondisi ini dipicu oleh dampak global yang diakibatkan oleh berbagai dinamika atmosfer, terutama dari kehadiran Akibat Siklon FINA yang dominan di kawasan tersebut.
Potensi peningkatan gelombang tinggi ini membawa risiko serius terhadap keselamatan semua aktivitas pelayaran. Gelombang tinggi dapat menyebabkan kapal-kapal kecil terbalik, kapal tongkang terhambat, dan bahkan mengganggu stabilitas kapal berukuran besar seperti kapal feri, kargo, atau kapal pesiar. Eko Prasetyo dari BMKG menegaskan bahwa operator moda laut wajib menyesuaikan operasional mereka dengan kondisi cuaca yang sedang terjadi.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat dan operator transportasi laut untuk selalu memantau informasi cuaca terkini dan mengambil langkah pencegahan. Nelayan, khususnya, diminta untuk menunda keberangkatan atau memilih rute pelayaran yang lebih aman. Selain itu, penduduk yang tinggal di wilayah pesisir sekitar area yang berpotensi gelombang tinggi juga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan demi menghindari risiko yang tidak diinginkan.
Dengan adanya peringatan ini, penting bagi seluruh pihak, baik pelaut, pengelola pelabuhan, maupun masyarakat pesisir, untuk bertindak proaktif. Memahami dan mewaspadai dampak Akibat Siklon FINA adalah kunci untuk meminimalisir kerugian materiil dan, yang paling utama, korban jiwa. Kewaspadaan kolektif adalah kunci dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem ini.





