Padang  

Pasar Lubuk Buaya Padang: Rahasia Harga ‘Manenggang’ yang Diburu Pengusaha Kuliner

Momen Subuh Emas di Pasar Lubuk Buaya Padang

Pasar Lubuk Buaya Padang Rahasia Harga 'Manenggang' yang Diburu Pengusaha Kuliner
Pasar Lubuk Buaya Padang Rahasia Harga ‘Manenggang’ yang Diburu Pengusaha Kuliner – Dok. Humas

Salingka Media – Jantung perdagangan kebutuhan pokok di ujung utara Kota Padang berdetak paling kencang justru saat sebagian besar kota masih terlelap. Pukul 04.00 WIB, suasana Pasar Lubuk Buaya Padang sudah menyerupai siang hari. Deru mesin kendaraan pickup dan hiruk pikuk tawar-menawar menjadi musik pembuka hari. Inilah ritual pagi buta yang dilakukan ratusan pembeli, mulai dari ibu rumah tangga hingga pengusaha kuliner besar, demi memburu harga barang yang secara lokal disebut harga murah atau ‘manenggang’.

Pasar Lubuk Buaya Padang bukan sekadar pasar tradisional biasa. Letaknya yang strategis di perbatasan kota menjadikannya gerbang utama masuknya komoditas segar dari berbagai lumbung pangan di Sumatera Barat. Setiap hari pasar tiba, yakni pada hari Rabu dan Minggu, volume aktivitas melonjak drastis. Kendaraan yang memuat hasil bumi—mulai dari cabai, sayuran, kelapa, hingga buah-buahan—berjejer hingga meluber ke jalan utama, menjadi pemandangan rutin yang menunjukkan betapa vitalnya pasar ini.

Apa yang membuat pasar ini begitu magnetis? Jawabannya sederhana: harga murah dan kesegaran barang yang tak tertandingi. Berbeda dengan pasar lain yang barangnya sudah melalui rantai distribusi panjang, Pasar Lubuk Buaya berfungsi layaknya terminal grosir awal. Banyak pedagang di sini adalah petani atau distributor langsung dari daerah penghasil seperti Bukittinggi, Batusangkar, Padangpanjang, dan Pariaman.

Baca Juga :  Rumah Hantu Wahana Uji Nyali Tema Pengabdi Setan di Kota Padang diperiksa Satpol PP

“Saya berangkat bawa sayur dari Batusangkar sejak jam dua dini hari,” ujar Amai Ita, salah seorang pedagang, menjelaskan perjalanannya yang memakan waktu semalaman demi menjamin barang tiba tepat waktu saat subuh. Para petani ini memilih menjual langsung kepada pembeli di pasar ini. Transaksi terjadi secara cepat, langsung di samping mobil pickup mereka, menghasilkan kesepakatan harga yang sangat menguntungkan bagi pembeli.

Seorang pembeli bernama Eva, warga Anak Air, mengaku sengaja datang sepagi mungkin. “Saya memang sengaja datang pagi-pagi sekali. Kalau sudah siang, harganya pasti sudah naik karena sudah pindah tangan distributor,” ungkapnya. Fenomena ini menunjukkan adanya ‘jendela waktu emas’ bagi pembeli. Harga paling “manenggang” atau harga murah bisa didapatkan antara subuh hingga pukul 07.00 pagi. Setelah jam tersebut, barang-barang yang tersisa biasanya sudah dibeli oleh pedagang perantara lain, menyebabkan harga jual eceran melonjak.

Baca Juga :  Kebakaran Melanda Pasar Raya II Padang, Sejumlah Toko Hangus Terbakar

Keunggulan harga di Pasar Lubuk Buaya menjadi pertimbangan krusial, khususnya bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta pengusaha kuliner di Padang. Selisih harga yang cukup signifikan dapat menekan biaya operasional mereka.

Sebagai contoh, pada Minggu pagi itu, harga cabai ‘darek’ (cabai dari dataran tinggi) terpantau hanya Rp68.000 per kilogram. Bandingkan dengan pasar lain di Kota Padang yang menjual jenis cabai yang sama di kisaran Rp75.000 hingga Rp80.000 per kilogram. Selisih harga minimal Rp7.000 per kilo tentu sangat berarti jika pembelian dilakukan dalam jumlah besar. Komoditas lain pun menunjukkan pola harga serupa. Sayur kangkung dijual Rp4.000 per ikat, dan kelapa dihargai Rp6.000 per buah, semuanya relatif lebih rendah dari harga rata-rata pasar.

Baca Juga :  Jajaran Ditreskrimum, Ditreskrimsus, Ditresnarkoba, Polda Sumbar Gelar Vaksinasi

Hendra, pemilik warung makan di Lubuk Minturun, menegaskan bahwa keputusannya berbelanja di sini bukan hanya soal selisih harga. “Selain karena soal harga, kita juga langsung mendapatkan kebutuhan yang baru saja dipetik. Semuanya fresh,” katanya. Mendapatkan bahan baku berkualitas prima langsung dari sumbernya adalah nilai tambah yang tak ternilai bagi bisnis makanan yang mengandalkan kesegaran rasa. Inilah dua kunci utama yang menjadikan Pasar Lubuk Buaya Padang sebagai pemasok utama kebutuhan pokok di kota ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *