Hacker Opposite6890 dan Bjorka Ditangkap: Misteri Jati Diri di Balik Kebocoran Data Indonesia

Siapa Sebenarnya Pemuda di Balik Hacker Opposite6890 dan Bjorka?

Hacker Opposite6890 dan Bjorka Ditangkap: Misteri Jati Diri di Balik Kebocoran Data Indonesia
Hacker Opposite6890 dan Bjorka Ditangkap: Misteri Jati Diri di Balik Kebocoran Data Indonesia (Foto: Liputan6.com/Ady Anugrahadi).

Salingka Media – Kabar mengejutkan datang dari kepolisian terkait penangkapan seorang pemuda yang diduga menjadi sosok di balik sejumlah nama hacker yang sempat mengguncang jagat maya Indonesia, termasuk Opposite6890 dan Bjorka. Berinisial WFT, pemuda berusia 22 tahun ini diamankan oleh pihak berwajib atas dugaan keterlibatannya dalam berbagai aksi peretasan dan kebocoran data pribadi yang memicu kegaduhan nasional. Identitas WFT, yang dikenal menggunakan banyak alias seperti SkyWave, Shint Hunter, hingga Opposite6890, kini menjadi fokus utama penyelidikan untuk mengungkap sejauh mana perannya.

Penangkapan WFT ini sontak menjadi sorotan. Meskipun demikian, pihak kepolisian menegaskan bahwa proses pendalaman masih terus berlangsung. Wakil Direktur Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (2/10/2025), menyampaikan bahwa saat ini ia belum bisa memberikan kepastian 100 persen. “Apakah Bjorka 2020, mungkin. Apakah Opposite6890 yang dicari-cari, mungkin,” ujarnya, memberikan indikasi adanya kemungkinan koneksi yang kuat, namun tetap berhati-hati dalam memberikan pernyataan akhir. Kehati-hatian ini didasari prinsip bahwa di dunia siber, identitas bisa dimanipulasi dengan mudah.

Latar belakang WFT yang terdeteksi aktif di dark web sejak tahun 2020 menjadi salah satu titik terang dalam penyelidikan ini. Menurut keterangan kepolisian, pemuda tersebut sudah malang melintang di berbagai forum gelap. Awalnya, WFT aktif di redforum.st, kemudian berpindah ke bridgeforum, dan terakhir terdeteksi di darkforum.st. Perjalanan ini menunjukkan konsistensi WFT dalam menggeluti aktivitas di dunia peretasan.

Baca Juga :  Pria Ini Nekat Tombak Penagih Utang Setelah Adu Mulut Sengit

Selama periode tersebut, WFT diketahui kerap berganti nama samaran. Nama-nama seperti Bjorkanism, kemudian menjadi Bjorka, dan terakhir dikenal sebagai Opposite6890, digunakan sebagai upaya sistematis untuk menutupi jejak digitalnya. Pergantian nama ini merupakan strategi umum yang digunakan oleh para pelaku siber untuk menghindari deteksi dan pengejaran dari aparat penegak hukum. Nama-nama yang digunakan, terutama Bjorka, belakangan menjadi sangat populer karena sering dikaitkan dengan klaim kebocoran data sensitif di Indonesia.

AKBP Fian Yunus menekankan bahwa proses verifikasi identitas di dunia maya memerlukan waktu yang substansial. “Karena di internet, everybody can be anybody,” katanya. Kalimat ini menegaskan tantangan besar yang dihadapi penyidik dalam memastikan apakah WFT benar-benar merupakan dalang utama di balik akun-akun heboh tersebut, ataukah hanya memiliki kemiripan nama atau jejak tertentu yang membuatnya dicurigai. Penyelidikan mendalam masih dibutuhkan untuk memformulasikan bukti-bukti yang ditemukan, baik berupa data maupun jejak digital, menjadi kesimpulan yang pasti.

Baca Juga :  Pengedar Sabu Ditangkap di Tepi Pantai Tiku, Polisi Sita Barang Bukti

Penyidik tidak mau gegabah dalam menarik kesimpulan. “Saya belum bisa menjawab 90 persen, tetapi kalau Anda tanya sekarang saya bisa jawab, mungkin,” tambah Yunus, menunjukkan bahwa bukti awal memang mengarah pada WFT, namun pembuktian secara forensik memerlukan lebih banyak waktu. Data-data yang telah menumpuk di bawah menjadi penghalang yang membutuhkan proses penggalian yang rumit dan panjang untuk memastikan keterlibatan WFT sejak awal kemunculan Bjorka di tahun 2020. Penyelidikan sedang berfokus untuk melihat koneksi antara WFT dengan forum-forum peretasan terdahulu, seperti redforum yang aktif pada tahun 2020, tempat nama Bjorka diduga pertama kali digunakan.

Kasubdit Penmas Polda Metro, AKBP Reonald Simanjuntak, turut menegaskan mengapa jawaban dari penyidik masih bersifat “mungkin”. Dalam prinsip hukum, seorang penyidik tidak diperbolehkan untuk berandai-andai atau menerka-nerka. Semua kesimpulan harus didasarkan pada alat dan barang bukti yang pasti dan meyakinkan. “Segala sesuatu itu apabila sudah dipersangkakan terhadap seseorang, itu harus pasti, ini alat buktinya, ini barang buktinya, ini perbuatan kamu lakukan dan kamu adalah pelakunya,” tegas Reonald.

Baca Juga :  Pemuda Pengedar Shabu Ditangkap di Parkiran Hotel Parai Sawahlunto

Pernyataan ini memberikan jaminan kepada publik bahwa proses hukum akan berjalan sesuai koridor profesionalitas. Meskipun tekanan publik untuk segera mengungkap identitas hacker populer ini sangat tinggi, kepolisian tetap memegang teguh asas praduga tak bersalah dan keharusan pembuktian yang kuat.

Reonald juga menyampaikan imbauan kepada masyarakat yang merasa pernah menjadi korban dari aksi Bjorka atau akun peretas lainnya untuk segera melapor. Laporan dari masyarakat akan sangat membantu penyidik dalam memperkuat alat bukti dan mempercepat proses penetapan status hukum terhadap WFT, memastikan bahwa setiap kejahatan siber yang merugikan publik dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *