Siswi SMAN Pekanbaru Hilang di Hutan, Ditemukan Lemas Diduga Alami Hipotermia

Siswi SMAN Pekanbaru Hilang di Hutan, Ditemukan Lemas Diduga Alami Hipotermia
Siswi SMAN Pekanbaru Hilang di Hutan, Ditemukan Lemas Diduga Alami Hipotermia – (Dok. SAR)

Salingka Media – Kisah pencarian seorang remaja putri di Pekanbaru berakhir bahagia, meskipun sempat menyita perhatian banyak pihak. Setelah dua hari menghilang secara misterius, seorang siswi SMAN 4 Pekanbaru berhasil ditemukan tim gabungan dalam kondisi lemah di area hutan sekitar Lanud Roesmin Nurjadin. Penemuan ini bukan tanpa drama, menunjukkan betapa gigihnya upaya tim penyelamat dalam menghadapi kondisi alam yang tidak bersahabat. Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya peran cepat tanggap dari berbagai pihak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga tim SAR, untuk menangani kasus orang hilang, apalagi seorang siswa hilang di hutan.

Peristiwa ini bermula pada Selasa (9/9/2025) ketika siswi berinisial TN itu pulang sekolah. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 4 Pekanbaru, Zulfadli, korban terakhir kali terlihat sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu, kondisinya memang tampak kurang sehat. Seorang temannya sempat menawarkan tumpangan, namun korban menolak karena ia sedang menunggu jemputan dari ibunya.

Sekitar 30 menit kemudian, ibu korban tiba di sekolah, tetapi putrinya sudah tidak ada di tempat. Kekhawatiran segera melanda. Pihak keluarga langsung melakukan pencarian di area sekitar sekolah, bahkan sampai ke gubuk tempat kakak korban biasa beristirahat. Namun, hasilnya nihil. Menyadari situasinya semakin serius, pihak sekolah bersama beberapa siswa lain turut membantu pencarian hingga pukul 18.00 WIB, tetapi korban tetap tak ditemukan.

Baca Juga :  Kecelakaan Maut di Padang Pariaman, IRT Tewas Tertabrak Kereta Api Saat Selamatkan Motor Mogok

Pencarian besar-besaran dilanjutkan pada Rabu (10/9/2025) dengan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk keluarga besar, komunitas sekolah, dan warga sekitar. Hingga sore hari, keberadaan TN masih menjadi misteri. Di tengah kepanikan, sebuah fakta penting terungkap dari keluarga: sebelum menghilang, korban sebenarnya sedang sakit demam sejak pagi hari. Pihak keluarga bahkan sudah meminta korban untuk tidak berangkat ke sekolah, tetapi ia bersikeras ingin tetap masuk. Informasi ini memberikan petunjuk awal mengenai kemungkinan kondisi fisik korban yang sudah melemah.

Baca juga : Ibu Tangguh China Temukan Anak yang Hilang Setelah 32 Tahun, Selamatkan 29 Anak Lainnya

Pada Kamis pagi (11/9/2025), upaya pencarian memasuki babak baru yang lebih terorganisir. Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Pekanbaru menerima laporan resmi orang hilang dari pihak sekolah. Tak menunggu lama, sekitar pukul 08.50 WIB, tim SAR gabungan yang terdiri dari 21 personel langsung bergerak menuju lokasi yang diduga menjadi tempat hilangnya korban.

Baca Juga :  Padang Dilanda Karhutla: Tiga Hektar Lahan di Perbukitan Balai Gadang Hangus Terbakar

Tim dibagi menjadi tiga unit pencarian atau Search and Rescue Unit (SRU). Mereka menyisir area dengan radius satu kilometer. Lokasi pencarian ini adalah hutan di kawasan Lanud Roesmin Nurjadin, yang terkenal dengan vegetasinya yang lebat dan semak belukarnya yang rapat. Meskipun bukan hutan lindung resmi, area ini dianggap “hutan” oleh warga setempat karena kerimbunannya.

Kerja keras tim SAR akhirnya membuahkan hasil. Hanya dalam waktu sekitar 50 menit sejak pencarian dimulai, tepatnya pukul 09.40 WIB, korban berhasil ditemukan. Ia berada dalam kondisi yang sangat lemah. Menurut Komandan Tim Rescue, Nahdi Sumaryono, korban diduga mengalami hipotermia karena kedinginan setelah dua hari berada di lingkungan terbuka. Dugaan hipotermia ini juga diperkuat oleh kondisi fisik korban yang sudah melemah akibat sakit demam sebelumnya.

Tim penyelamat segera memberikan pertolongan pertama di lokasi penemuan. Setelah itu, korban dievakuasi ke Rumah Sakit Lanud Roesmin Nurjadin untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Penemuan ini mengakhiri kekhawatiran yang dirasakan banyak pihak dan menjadi bukti keberhasilan kolaborasi antara masyarakat, keluarga, sekolah, dan tim SAR. Kasus siswa hilang di hutan ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati, terutama ketika kondisi fisik sedang tidak prima.

Baca Juga :  Teror Debt Collector di Pekanbaru: Polisi Tangkap 14 Pelaku dan Panggil Leasing

Kasus hilangnya siswi SMAN 4 Pekanbaru ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya koordinasi yang cepat dan efektif dalam situasi darurat. Dari laporan yang lambat hingga akhirnya tim SAR turun tangan, semua pihak menunjukkan dedikasi luar biasa. Kondisi korban yang ditemukan dalam keadaan hipotermia menunjukkan betapa berbahaya lingkungan alam, bahkan yang terkesan “biasa” seperti hutan kota. Beruntung, ia berhasil diselamatkan dan mendapatkan pertolongan medis tepat waktu. Ini sekali lagi menegaskan bahwa setiap detik sangat berharga dalam operasi penyelamatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *