
Salingka Media – Seorang pemuda berinisial MY (23) dari Jorong Koto Alam, Nagari Salareh Aia Timur, Kecamatan Palembayan, Agam, terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. HB Saanin, Gadut, Kota Padang. Peristiwa ini menyusul aksi MY yang diduga membakar rumah ibunya sendiri pada Sabtu (7/6) siang. Evakuasi MY dilakukan pada Sabtu malam, sekitar pukul 20.30 WIB, menggunakan ambulans.
Kapolsek Palembayan, AKP Alwizi Safriadi, menjelaskan bahwa langkah merujuk MY ke RSJ merupakan permintaan dari pihak keluarga. Mereka berharap MY segera mendapatkan penanganan medis yang tepat dan komprehensif. Sebelum keberangkatan, petugas medis dari Puskesmas Koto Alam sempat memberikan suntikan penenang kepada MY untuk memastikan kelancaran perjalanan dan menghindari kemungkinan hal yang tidak diinginkan.
Insiden pembakaran rumah semi permanen berukuran 8×6 meter tersebut terjadi pada Sabtu sekitar pukul 13.45 WIB. Menurut Alwizi, MY diduga melakukan aksi tersebut saat rumah dalam keadaan kosong, setelah menolak obat penenang yang diberikan oleh ibunya, Armawati (54). Akibat kejadian ini, rumah yang menjadi tempat tinggal mereka habis terbakar.
“Api berhasil dipadamkan berkat kerja sama warga sekitar dan personel kami menggunakan alat seadanya,” ungkap AKP Alwizi Safriadi, mengapresiasi kesigapan masyarakat dalam mengatasi kebakaran. Beruntungnya, tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, meskipun kerugian materiil ditaksir mencapai Rp100 juta.
Pihak kepolisian menyatakan akan terus berkoordinasi dengan keluarga MY dan pihak rumah sakit jiwa untuk memastikan MY mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. “Kami berharap ini menjadi langkah terbaik agar pelaku mendapat penanganan secara tepat,” tambah Alwizi.
Informasi awal mengenai kondisi MY datang dari Kepala Bidang Pemadam Kebakaran (Damkar) Dinas Satpol PP dan Damkar Agam, Eki Marlinda. Eki mengungkapkan bahwa MY mulai menunjukkan gejala stres sejak malam takbiran, Kamis (5/6). Saat itu, MY dilaporkan menabrak motor orang di jalan, berbicara sendiri, dan kemudian pergi tak tentu arah dengan motornya.
Keesokan harinya, Armawati sempat mendatangi puskesmas untuk melaporkan kondisi anaknya. Namun, karena MY tidak ikut serta dan keberadaannya tidak diketahui, petugas puskesmas hanya bisa memberikan obat kepada Armawati tanpa melakukan pemeriksaan langsung terhadap MY.
“Ibunya belum sempat bertemu dengan MY untuk memberikan obat itu. Tadi siang anak itu pulang, lalu membakar rumah ibunya. Kami tidak tahu penyebab dia membakar rumah itu,” jelas Eki.
Eki Marlinda juga menambahkan bahwa MY bukanlah individu yang memiliki keterbelakangan mental atau gangguan jiwa sejak lahir. Ia diketahui merupakan lulusan SMA dari salah satu sekolah unggulan di Agam. MY baru saja pulang dari Pekanbaru setelah merantau untuk bekerja, dan dugaan kuat menyebutkan bahwa stres yang dialaminya bermula setelah kembali dari perantauan, entah karena berhenti bekerja atau faktor lainnya.
Saat ini, MY dan ibunya menumpang di rumah kakak MY yang lokasinya berdekatan dengan rumah yang terbakar. Sebelumnya, MY dan ibunya hanya tinggal berdua di rumah kayu tersebut, setelah orang tuanya bercerai. Sang ibu diketahui bekerja sebagai penjual lepat di pasar-pasar untuk menghidupi keluarga.