
Salingka Media – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan kesedihannya atas lukisan yang hilang dari kediamannya. Karya seni bergambar bunga itu bukan hanya objek biasa, melainkan hasil goresan tangannya sendiri 17 tahun silam. Bagi Sri Mulyani, lukisan itu memiliki makna emosional yang sangat mendalam dan bersifat pribadi.
Menurutnya, bagi para penjarah, lukisan itu mungkin hanya dianggap sebagai barang berharga yang bisa dijual. Namun, di mata Sri Mulyani, lukisan itu adalah hasil dari kontemplasi dan perenungan diri yang sangat pribadi. Ia menyamakan nilai lukisan tersebut dengan kenangan tak ternilai yang tersimpan di rumahnya, tempat anak-anaknya tumbuh dan bermain.
Dalam sebuah postingan di Instagram-nya, @smindrawati, Sri Mulyani membagikan cerita tentang peristiwa penjarahan itu. Ia melihat seorang pria berjaket merah dan helm memanggul lukisan bunga itu dengan santai dan percaya diri saat keluar dari rumahnya. Peristiwa itu terjadi pada Minggu dini hari.
Hilangnya lukisan bunga itu seakan mencerminkan hilangnya rasa aman, kepastian hukum, dan perikemanusiaan yang adil dan beradab di Indonesia. Sri Mulyani merasa para penjarah memperlakukan rumah dan barang-barangnya seolah-olah hanya target operasi yang sah. Mereka bahkan tampak berpesta dan bangga, tanpa ada rasa bersalah.
Sri Mulyani juga menyoroti bagaimana liputan penjarahan di media sosial diviralkan secara sensasional, menciptakan histeria intimidatif yang kejam. “Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan,” tulisnya, menggambarkan perasaannya terhadap situasi yang dianggapnya absurd.
Dalam kesedihan atas kehilangan pribadinya, Sri Mulyani tidak melupakan tragedi yang lebih besar. Ia menyoroti korban jiwa yang jatuh dalam aksi demonstrasi yang berlangsung saat itu, yang menurutnya jauh lebih berharga dari sekadar lukisannya. Lukisan bunga Sri Mulyani mungkin berharga, tapi nyawa manusia tak bisa tergantikan.
Sri Mulyani juga menyoroti tragedi yang lebih besar, di mana nyawa manusia menjadi korban, termasuk Affan Kurniawan dan Muhammad Akbar Basri. Rasa duka yang sangat mendalam menyelimuti keluarga akibat kehilangan orang-orang terkasih. Ia berpendapat bahwa kerusuhan selalu berakhir tanpa pemenang.Yang ada hanyalah rusaknya akal sehat, musnahnya harapan, dan hancurnya fondasi berbangsa dan bernegara.
Sri Mulyani mengakhiri ceritanya dengan pesan penuh optimisme. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan terus membangun Indonesia. Sri Mulyani mengakhiri pernyataannya dengan ajakan kuat untuk menjaga persatuan bangsa dan menolak kekuatan yang merusak. Ia mendorong setiap orang untuk berjuang memperbaiki Indonesia secara bersama-sama, dengan semangat yang tak kenal lelah, tanpa diliputi amarah maupun keputusasaan.
Lihat postingan ini di Instagram