Kemitraan Lahan Ulayat dan PT GGF, Harapan Baru untuk Ketahanan Pangan

Kemitraan Lahan Ulayat dan PT GGF, Harapan Baru untuk Ketahanan Pangan
Kemitraan Lahan Ulayat dan PT GGF, Harapan Baru untuk Ketahanan Pangan – Dok. Humas

Salingka Media – Sebuah harapan segar tengah tumbuh dari tanah adat yang telah lama menjadi saksi sejarah lokal. Di tengah suasana yang akrab namun tetap formal, PT Great Giant Food (GGF) dan sejumlah tokoh pemerintahan serta masyarakat adat berkumpul di ruang rapat 301, Kementerian ATR/BPN, Jakarta Pusat (23/4/2025). Tujuannya bukan sekadar pertemuan biasa—tetapi membuka pintu masa depan lewat kemitraan berbasis tanah ulayat.

Yulia Jaya Nirmawati, Direktur Jenderal Penataan Agraria yang memimpin rapat itu, menyampaikan optimisme yang menular. Ia bercerita bahwa model kemitraan serupa sudah lebih dulu dicoba di Bali, Cianjur, hingga Blitar. Kali ini, Tanah Datar dan 50 Kota kebagian panggung—dengan pisang Cavendish sebagai ujung tombaknya.

“Setiap daerah punya keunikan, dan program ini kami sesuaikan. Untuk Tanah Datar dan 50 Kota, kami melihat potensi besar untuk Cavendish. Bukan cuma soal tanaman, tapi bagaimana masyarakat tumbuh bersama,” kata Yulia, penuh keyakinan.

Bukan tanpa alasan. GGF datang dengan rencana konkret. Diandra Putra, perwakilan tim Land Survey dan Mapping dari perusahaan itu, menjelaskan bahwa ada dua pendekatan yang ditawarkan: sewa lahan untuk demplot sebagai contoh langsung dan model kemitraan yang lebih mendalam. Mereka tak ingin sekadar hadir sebagai investor, tapi juga menjadi mitra belajar bagi petani lokal.

“Kalau masyarakat bisa melihat dan mengalami sendiri, bukan sekadar diberi teori, itu yang membuat perubahan,” ujar Diandra, sembari menunjukkan peta area seluas 10 hektar di Kecamatan Sungayang yang sudah dibidik sebagai lokasi awal.

Baca Juga :  Operasi Damai Cartenz-2025 Bersinergi dengan Warga, Pastikan Yalimo Tetap Aman dan Kondusif

Wakil Bupati Tanah Datar, Ahmad Fadly, terlihat antusias. Ia bukan hanya hadir secara fisik, tetapi juga secara emosi—terlibat penuh dalam wacana besar ini. “Saya yakin betul. Kalau ini dijalankan serius, bukan cuma Tanah Datar, daerah lain juga bakal ikut. Budaya kita itu gitu, lihat yang sukses, pasti ingin gabung,” ucapnya sambil tersenyum.

Ia juga menyinggung soal kestabilan harga. “Dengan sistem pendampingan dan kepastian pasar, petani gak lagi ketar-ketir soal harga jatuh kayak cabe. Itu luar biasa penting bagi ekonomi rakyat,” tambahnya.

Namun, Fadly tidak menutup mata bahwa pendekatan ke pemilik tanah ulayat perlu hati-hati. Ia tahu betul bahwa ‘niniak mamak’ butuh diyakinkan dengan contoh nyata, bukan janji manis. “Kalau dijelaskan baik-baik, apalagi ada bukti yang bisa dilihat, saya yakin mereka akan menerima,” katanya mantap.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *