Kematian Misterius Bayi Gajah Laila di Riau

Kematian Misterius Bayi Gajah Laila di Riau
Kematian Misterius Bayi Gajah Laila di Riau – Dok. Foto Via INP

Salingka Media – Kabar duka menyelimuti dunia konservasi satwa liar di Indonesia pada akhir pekan ini. Seekor anak gajah sumatera bernama Laila dilaporkan mati di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, yang terletak di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau mengonfirmasi kejadian ini pada Sabtu, 22 November 2025. Peristiwa ini menjadi sorotan utama karena menyangkut kematian misterius bayi gajah yang sebelumnya terlihat sehat dan memiliki nafsu makan normal.

Berdasarkan informasi resmi yang dihimpun, Laila yang baru berusia satu tahun enam bulan ditemukan tidak bernyawa pada Sabtu pagi sekitar pukul 05.30 WIB. Kepala BKSDA Riau, Supartono, menjelaskan bahwa kematian satwa dilindungi ini terjadi secara mendadak dan menimbulkan banyak pertanyaan bagi tim medis di lapangan. Pasalnya, kondisi fisik Laila dalam kurun waktu 48 jam terakhir sebelum kematiannya terpantau cukup stabil, terutama dari segi suhu tubuh dan keinginan untuk makan.

Perubahan perilaku mulai terdeteksi oleh tim dokter hewan pada hari Kamis, dua hari sebelum kematiannya. Saat itu, anak gajah betina tersebut terlihat kurang aktif bergerak dibandingkan hari-hari biasanya. Meskipun mobilitasnya menurun, Laila masih menunjukkan respon positif terhadap asupan nutrisi. Ia tetap menyusu pada induknya dan mengonsumsi makanan yang disediakan petugas, sehingga dugaan awal penyakit serius sempat tidak terlihat secara kasat mata.

Baca Juga :  Kapolri Tegaskan Kabag Ops Polres Solok Selatan Dipecat dan Diproses Hukum

Melihat adanya penurunan aktivitas fisik, tim medis PKG Sebanga tidak tinggal diam. Mereka segera melakukan tindakan preventif dengan memberikan infus cairan serta obat-obatan pendukung untuk menjaga stamina Laila. Pemantauan dilakukan secara ketat dan intensif setiap dua jam sekali guna memastikan kondisi vitalnya tetap terjaga.

Situasi berubah menjadi kritis memasuki Sabtu dini hari. Antara tengah malam hingga pukul 01.00 WIB, Laila mulai menunjukkan gejala klinis yang mengkhawatirkan. Ia terdengar menjerit berulang kali, sebuah tanda yang mengindikasikan adanya rasa sakit luar biasa yang dirasakannya. Selain itu, Laila juga sempat mengalami pingsan sesaat sebelum akhirnya mampu bergerak kembali. Namun, upaya keras tim medis tidak membuahkan hasil. Menjelang matahari terbit, kondisi Laila memburuk dengan sangat cepat hingga akhirnya dinyatakan mati.

Kematian Laila merupakan pukulan berat bagi upaya pelestarian gajah sumatera di Riau. Laila adalah gajah kelahiran fasilitas PKG Sebanga pada 6 April 2024. Ia lahir dari pasangan gajah binaan bernama Puja (induk betina) dan Sarma (induk jantan). Kelahirannya setahun lalu disambut dengan sukacita sebagai bukti keberhasilan program pengembangbiakan ex-situ (di luar habitat alami) yang dijalankan oleh pemerintah.

Baca Juga :  Polda Jatim Bertindak Tegas, Batas Kebisingan Sound System Kini Diatur Bersama

Kehilangan individu muda seperti Laila tentu mempengaruhi data populasi gajah binaan. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) sendiri merupakan subspesies yang statusnya sangat terancam punah (critically endangered) menurut daftar merah IUCN. Oleh karena itu, setiap kelahiran dan kematian individu gajah menjadi perhatian serius bagi para pemangku kepentingan di sektor lingkungan hidup dan kehutanan.

Hingga berita ini diturunkan, penyebab pasti dari kematian misterius bayi gajah tersebut belum dapat disimpulkan secara final. Tim dokter hewan dari BKSDA Riau telah bergerak cepat dengan melakukan prosedur nekropsi atau bedah bangkai sesaat setelah Laila dinyatakan mati. Langkah ini diambil untuk melihat kondisi organ dalam dan mencari jejak patologi yang mungkin menjadi pemicu kematian mendadak tersebut.

Sejumlah sampel jaringan organ tubuh Laila telah diambil dan diamankan oleh petugas. Sampel-sampel ini selanjutnya akan dikirim ke laboratorium terakreditasi untuk menjalani serangkaian uji patologi anatomi dan toksikologi. Hasil uji laboratorium inilah yang nantinya akan menjawab teka-teki mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada sistem tubuh Laila pada malam naas tersebut. Proses ini sangat krusial untuk mencegah kejadian serupa terulang pada gajah-gajah lain yang berada di pusat konservasi.

Baca Juga :  Protes Meluas di Depan Mako Brimob: Massa Tuntut Penyelidikan Transparan atas Kematian Pengemudi Ojek Online

Kasus ini menjadi pengingat keras mengenai tantangan dalam merawat satwa liar, terutama bayi gajah yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan. Penyakit pada gajah seringkali tidak menunjukkan gejala fisik yang jelas hingga kondisinya sudah sangat parah. Salah satu ancaman terbesar bagi gajah muda adalah Elephant Endotheliotropic Herpesvirus (EEHV), meskipun dalam kasus Laila, hal ini masih perlu pembuktian medis lebih lanjut melalui hasil laboratorium.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *