Kepala Dinas Kesehatan Agam, Hendri Rusdian, mengonfirmasi validitas angka 119 korban tersebut. Data ini merupakan rekapitulasi komprehensif dari seluruh pusat pelayanan kesehatan, mulai dari berbagai puskesmas hingga rumah sakit yang menangani pasien.
“Data ini berasal dari akumulasi laporan puskesmas dan rumah sakit di wilayah kami. Syukurlah, tidak ada penambahan kasus baru yang tercatat sejak Kamis (2/10) malam hingga Jumat (3/10) pagi,” jelas Hendri.
Meskipun total korban telah mencapai angka ratusan, kondisi sebagian besar pasien menunjukkan perkembangan positif. Dari 119 orang yang tercatat, sebanyak 99 orang telah diizinkan menjalani rawat jalan. Mayoritas dari mereka sudah kembali ke kediaman masing-masing, menunjukkan pemulihan yang cepat.
Namun demikian, 20 pasien masih memerlukan perawatan intensif. Mereka saat ini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lubuk Basung guna memastikan pemulihan total. Pihak kesehatan menargetkan, dengan kondisi yang terus membaik, para pasien yang tersisa dapat segera kembali ke rumah.
“Kami berharap besar bahwa 20 korban yang dirawat dapat segera sembuh dan bisa dipulangkan pada Jumat (3/10) siang. Kondisi mereka sudah stabil, dan kami optimis mereka bisa segera berkumpul kembali dengan keluarga,” tambah Hendri.
Investigasi awal menunjukkan bahwa pemicu dari insiden keracunan makanan Agam ini diduga kuat berasal dari nasi goreng yang merupakan bagian dari menu program MBG. Makanan ini didistribusikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi di Kampung Tangah, Kecamatan Lubuk Basung.
Para korban keracunan adalah kelompok usia yang sangat beragam, mencakup siswa TK, SD, SMP, MTs, guru, orang tua, hingga balita. Mereka tersebar di dua nagari (desa) utama yang terdampak, yaitu Nagari Manggopoh dan Kampung Tangah.
Gejala klinis yang dialami oleh para korban seragam: mereka mengeluhkan pusing, mual, sakit perut, dan diare (mencret) beberapa jam setelah mengonsumsi nasi goreng yang disediakan. Kondisi ini memaksa pihak keluarga segera membawa mereka ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Begitu pasien tiba di Puskesmas dan RSUD Lubuk Basung, tim medis langsung memberikan penanganan cepat dan terarah. Langkah responsif ini sangat krusial agar korban dapat segera pulih dan menghindari komplikasi lebih lanjut,” ungkap Kepala Dinkes.
Fasilitas kesehatan yang terlibat dalam penanganan awal korban termasuk Puskesmas Manggopoh, Puskesmas Lubuk Basung, RSUD Lubuk Basung, dan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Rizki Bunda. Koordinasi yang baik antar fasilitas ini sangat penting dalam penanganan kasus keracunan makanan Agam yang melibatkan banyak orang ini.
Kasus keracunan makanan massal yang menimpa 119 orang di Kabupaten Agam ini tidak hanya menjadi tragedi kesehatan, tetapi juga alarm keras bagi seluruh penyelenggara program gizi gratis. Insiden ini menuntut evaluasi menyeluruh terhadap standar higienis dan kualitas bahan baku yang digunakan dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Hingga saat ini, pihak terkait di Kabupaten Agam masih terus melakukan penanganan dan evaluasi mendalam untuk mengusut tuntas penyebab pasti kontaminasi pada nasi goreng tersebut. Langkah-langkah pencegahan harus segera dirumuskan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang, memastikan bahwa program mulia seperti MBG benar-benar dapat memberikan manfaat gizi tanpa risiko kesehatan bagi masyarakat.