Agam  

Anak Harimau Terjerat di Agam Diselamatkan Tim Gabungan BKSDA

Anak Harimau Terjerat di Agam Diselamatkan Tim Gabungan BKSDA
Anak Harimau Terjerat di Agam Diselamatkan Tim Gabungan BKSDA – Dok. ANTARA/Yusrizal

Salingka Media – Dunia konservasi di Sumatera Barat kembali dikejutkan dengan penemuan satwa dilindungi yang berada dalam kondisi bahaya akibat aktivitas manusia. Tim gabungan dari berbagai instansi bergerak cepat merespons laporan warga mengenai seekor satwa liar yang terperangkap di area perkebunan. Upaya penyelamatan ini menjadi sangat krusial mengingat status satwa tersebut yang kian langka di habitat alaminya.

Kasus ditemukannya anak harimau terjerat di Agam ini terjadi tepatnya di wilayah Nagari Koto Tabang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, pada hari Sabtu, 22 November. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat segera menerjunkan tim terbaiknya setelah menerima informasi valid bahwa seekor anak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) tidak dapat melepaskan diri dari jeratan babi yang dipasang oleh warga setempat. Kondisi ini memaksa petugas untuk melakukan tindakan medis darurat di lokasi kejadian guna menyelamatkan nyawa predator kecil tersebut.

Informasi awal mengenai insiden ini bermula dari laporan Wali Jorong setempat yang masuk sekitar pukul 13.00 WIB. Laporan tersebut menyebutkan adanya seekor harimau yang meraung dan tertahan di sebuah lahan milik masyarakat. Menyadari urgensi situasi, tim BKSDA Sumatera Barat langsung bergerak menuju lokasi kejadian. Tidak sendirian, operasi evakuasi ini juga didukung penuh oleh personel dari Polres Bukittinggi, Polsek Palupuh, Koramil 12 Palupuh, serta bantuan dari Tim Patroli Anak Nagari (Pagari) dan Mahasiswa Kehutanan Universitas Riau yang sedang bertugas.

Baca Juga :  Petani Lansia Ditemukan Meninggal di Kebun Pisang Padang Pariaman

Setibanya di lokasi, tim menemukan fakta bahwa anak harimau terjerat di Agam tersebut dalam kondisi hidup namun sangat terbatas pergerakannya. Jerat kawat yang sebenarnya ditujukan untuk hama babi hutan itu justru melilit tiga bagian tubuh vital sang harimau, yakni bagian leher, kaki depan, dan badannya. Posisi jeratan yang rumit membuat satwa tersebut tidak mungkin melepaskan diri tanpa bantuan manusia, dan justru berpotensi melukai diri sendiri jika terus meronta.

Ade Putra, selaku Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar, memimpin langsung jalannya evakuasi di lapangan. Menurut Ade, prioritas utama tim adalah memastikan keamanan satwa dan petugas. Oleh karena itu, pendekatan medis menjadi pilihan utama dibandingkan pelepasan paksa yang berisiko tinggi.

Baca Juga :  Tragedi Fajar di Agam: Pria Lansia Tewas Terbakar di Rumah Kayu

Tim Medis dari BKSDA Sumbar bekerja sama dengan Tim Medis Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMBK) Kota Bukittinggi memutuskan untuk melakukan pembiusan. Langkah ini diambil agar satwa menjadi tenang dan tidak stres saat jeratan dilepaskan. “Anak harimau sumatera tertidur usai mendapatkan bius dan langsung dievakuasi,” jelas Ade Putra memberikan keterangan di Lubuk Basung.

Setelah obat bius bekerja dan harimau tertidur pulas, tim medis dengan sigap melepaskan kawat-kawat yang melilit tubuhnya. Pemeriksaan cepat dilakukan di tempat untuk melihat adanya luka terbuka atau cedera serius akibat gesekan kawat. Setelah dipastikan aman untuk dipindahkan, satwa tersebut segera dibawa menuju TMBK Kota Bukittinggi. Di sana, harimau muda ini akan menjalani serangkaian observasi mendalam dan perawatan intensif untuk memulihkan kondisi fisiknya sebelum tindakan lebih lanjut diputuskan.

Operasi penyelamatan anak harimau terjerat di Agam ini juga mendapatkan pengawalan ketat dari pihak kepolisian. Kapolsek Palupuh, Iptu Muhammad Raufudding Silitonga, menegaskan bahwa pihaknya menurunkan personel lengkap untuk mengamankan area evakuasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerumunan warga yang bisa membuat satwa stres serta memastikan tim medis dapat bekerja tanpa gangguan.

Baca Juga :  Guru Honorer di Agam Ditangkap Usai Diduga Ketahuan Curi Handphone

“Pengamanan juga melibatkan anggota Intelkam Polres Bukittinggi, Shabara Polres Bukittinggi dan Koramil 12 Palupuh,” ungkap Iptu Muhammad Raufudding. Sinergi antara aparat keamanan dan petugas konservasi menjadi kunci suksesnya evakuasi ini tanpa adanya korban, baik dari sisi manusia maupun satwa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *