DR. M. Djamil: Putra Minangkabau, Perantau Ilmu Dua Benua, Pengabdi Kemanusiaan

DR. M. Djamil: Putra Minangkabau, Perantau Ilmu Dua Benua, Pengabdi Kemanusiaan
DR. M. Djamil: Putra Minangkabau, Perantau Ilmu Dua Benua, Pengabdi Kemanusiaan – Foto : wikipedia

Salingkamedia, Padang – Dari Ranah Minangkabau yang kaya adat dan nilai kehidupan, lahirlah seorang tokoh besar yang namanya kini abadi dalam sejarah kesehatan Indonesia. Ia adalah DR. M. Djamil, putra Minangkabau yang menempuh perjalanan ilmu luar biasa hingga lintas benua, lalu memilih pulang untuk mengabdi sepenuh jiwa kepada kemanusiaan.

Sejak muda, DR. M. Djamil dikenal memiliki kecerdasan dan ketekunan yang menonjol. Pada masa ketika kesempatan menempuh pendidikan tinggi masih sangat terbatas, ia berani melangkah jauh meninggalkan kampung halaman demi menuntut ilmu. Baginya, merantau bukanlah perpisahan, melainkan jalan untuk kembali membawa manfaat.

Perjalanan akademiknya dimulai dengan menempuh pendidikan kedokteran di Eropa, tepatnya di Belanda, yang pada masa itu dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan medis terkemuka dunia. Di tengah tantangan bahasa, budaya, dan disiplin akademik yang ketat, DR. M. Djamil menunjukkan ketangguhan intelektual yang luar biasa hingga berhasil meraih gelar Doktor pertama.

Baca Juga :  Gema Budaya Minangkabau, Gubernur Mahyeldi Puji Generasi Muda Pelestari Tambua Tansa 2025

Tidak berhenti di satu pencapaian, hausnya akan ilmu mendorong DR. M. Djamil melanjutkan studi lanjutan di benua lain. Dari perjalanan akademik lintas samudra inilah, ia kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih gelar Doktor kedua, menjadikannya salah satu tokoh asal Minangkabau yang menyandang dua gelar doktor dari dua benua yang berbeda sebuah capaian langka, bahkan hingga hari ini.

Namun, kebesaran DR. M. Djamil tidak terletak semata pada gelar akademik. Ia memaknai ilmu bukan sebagai simbol kehormatan pribadi, melainkan sebagai amanah yang harus ditunaikan. Setinggi apa pun pendidikan yang diraihnya di negeri orang, ia memilih untuk kembali, mengabdikan seluruh pengetahuan dan pengalamannya bagi masyarakat.

Baca Juga :  Mengungkap kasus Perampokan Maut di Kuranji Padang

Sekembalinya ke tanah air, DR. M. Djamil tampil sebagai dokter dan pemikir kesehatan yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Ia dikenal berpihak kepada pelayanan kesehatan yang adil dan manusiawi, menjadikan profesinya sebagai jalan ibadah dan pengabdian sosial.

Warisan pengabdian itu kini hidup dan terus dikenang melalui Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) DR. M. Djamil Padang, sebuah institusi layanan kesehatan yang namanya bukan sekadar penghormatan, tetapi simbol dari dedikasi, ketulusan, dan integritas seorang anak nagari.
Bagi masyarakat Minangkabau, DR. M. Djamil adalah perwujudan falsafah “alam takambang jadi guru”. Ia belajar dari dunia, menimba ilmu hingga dua benua, lalu pulang untuk mengabdi. Dua gelar doktor memberinya pengakuan akademik, tetapi pengabdianlah yang menjadikannya abadi.

Kisah DR. M. Djamil menjadi pengingat bahwa dari Ranah Minang selalu lahir tokoh-tokoh besar yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakar pada nilai dan berpihak pada kemanusiaan. Sebab pada akhirnya, sebagaimana kata adat, yang kekal bukanlah gelar, melainkan manfaat yang terus mengalir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *