Nama Puruih Ternyata Berasal dari Bahasa Nias, Jejak Lama yang Terlupa dalam Sejarah Kota Padang

Nama Puruih Ternyata Berasal dari Bahasa Nias, Jejak Lama yang Terlupa dalam Sejarah Kota Padang
Nama Puruih Ternyata Berasal dari Bahasa Nias, Jejak Lama yang Terlupa dalam Sejarah Kota Padang – Sumber Foto (wikipedia)

Salingka Media, Padang – Puruih selama ini dikenal sebagai kawasan pantai, ruang publik, dan salah satu ikon Kota Padang. Namun di balik nama yang akrab di telinga warga itu, tersimpan jejak sejarah yang jarang dibicarakan. Nama Puruih diyakini memiliki kaitan dengan bahasa Nias, etnis yang telah lama menjadi bagian dari perjalanan Kota Padang.

Fakta ini mengingatkan bahwa Padang sejak awal bukanlah kota yang tumbuh dari satu latar budaya saja. Sebagai kota pelabuhan tua di pantai barat Sumatra, Padang lahir dari perjumpaan berbagai etnis yang datang, menetap, dan berkontribusi dalam waktu yang panjang.

Padang sebagai Ruang Pertemuan Sejak Lama

Sejarah menunjukkan bahwa Padang telah menjadi pusat aktivitas perdagangan dan pelabuhan sejak ratusan tahun lalu. Kondisi ini menjadikan kota ini terbuka bagi masyarakat dari luar, termasuk dari Pulau Nias. Kedatangan mereka tidak bersifat sementara, melainkan berkembang menjadi komunitas yang menetap dan membangun kehidupan di kota ini.

Wilayah pesisir dan perbukitan menjadi tempat awal permukiman masyarakat Nias, sejalan dengan jenis pekerjaan yang mereka tekuni. Dari generasi ke generasi, keberadaan ini terus bertahan dan menyatu dalam dinamika Kota Padang.

Baca Juga :  Warga Grebek Dua Pria Diduga Lakukan Perilaku Menyimpang di Toilet Masjid Padang

Puruih dan Makna Bahasa yang Terlupakan

Nama Puruih diyakini berasal dari kata “furui” dalam bahasa Nias, yang menggambarkan gerakan melipat atau menggulung. Makna ini dinilai sesuai dengan karakter ombak di kawasan pantai tersebut yang terus menggulung ke arah daratan.

Pada masa lalu, penamaan wilayah sering kali berkaitan dengan kondisi alam dan pengalaman sehari-hari masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Karena itu, keterkaitan nama Puruih dengan bahasa Nias menjadi penanda bahwa komunitas ini memiliki jejak yang cukup dalam dalam sejarah lokal Padang. Sayangnya, cerita di balik nama ini belum banyak diketahui publik, terutama oleh generasi muda.

Berbaur Tanpa Kehilangan Identitas

Salah satu hal menarik dari komunitas Nias di Padang adalah kemampuan mereka beradaptasi secara sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka hidup berdampingan dengan masyarakat Minangkabau, mengikuti norma lokal, sekaligus tetap menjaga identitas budaya sendiri.
Bahasa menjadi jembatan utama dalam proses ini. Banyak warga Nias di Padang yang terbiasa menggunakan bahasa Minang dan Indonesia dalam interaksi harian, tanpa meninggalkan bahasa ibu mereka. Bahkan sapaan kekerabatan khas Minangkabau telah menjadi bagian dari komunikasi keluarga. Proses ini menunjukkan bahwa perbedaan budaya tidak selalu melahirkan jarak, tetapi justru dapat membentuk harmoni sosial.

Baca Juga :  Tegakkan Falsafah Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah, Polda Sumbar Komitmen Tanpa Judi di Ranah Minang

Kontribusi yang Sering Tak Tercatat

Sejak masa lalu hingga kini, etnis Nias dikenal sebagai pekerja ulet di berbagai sektor. Peran mereka dalam aktivitas pelabuhan, pekerjaan laut, pengolahan hasil alam, hingga kerja-kerja di kawasan perbukitan menjadi bagian dari denyut ekonomi kota. Kontribusi tersebut kerap berjalan tanpa sorotan, namun berdampak nyata bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Kota Padang.

Catatan Redaksi Salingka

Kisah etnis Nias di Padang adalah pengingat bahwa sejarah kota ini dibentuk oleh banyak latar belakang, bukan satu cerita tunggal. Nama wilayah, bahasa, hingga pola hidup masyarakat hari ini merupakan hasil dari proses panjang perjumpaan budaya. Mengangkat kembali cerita ini bukan untuk membandingkan atau mempertentangkan identitas, melainkan untuk memperkaya pemahaman bersama. Padang yang kita kenal hari ini berdiri di atas keberagaman yang telah hidup sejak lama. Mengenal sejarah semacam ini penting agar generasi hari ini tidak hanya menikmati kota, tetapi juga memahami akar yang membentuknya. Karena kota yang kuat adalah kota yang mengenal dan menghargai seluruh bagian dari sejarahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *