
Salingka Media, Padang – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama berbagai elemen masyarakat saat ini mempercepat pembangunan 100 unit huntara mandiri di Padang, tepatnya di Kecamatan Pauh. Langkah ini bertujuan agar korban banjir bandang segera meninggalkan tenda darurat dan menempati hunian yang lebih layak. Ratusan kepala keluarga saat ini masih menghadapi keterbatasan fasilitas dan ancaman kesehatan di lokasi pengungsian sementara.
Pembangunan huntara mandiri di Padang ini menjadi solusi cepat bagi warga yang kehilangan tempat tinggal sambil menunggu proses rehabilitasi rumah permanen. Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat, Evi Yandri Rajo Budiman, menegaskan bahwa percepatan ini merupakan upaya nyata untuk memulihkan martabat serta memberikan rasa aman bagi para korban bencana.
Inisiatif pembangunan hunian sementara ini bermula dari langkah Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseymi, bersama Evi Yandri Rajo Budiman. Mereka menggandeng figur publik Raffi Ahmad sebagai donatur utama guna mendukung penyediaan material bangunan serta kebutuhan logistik di lapangan.
Meski mendapatkan dukungan dana dari pihak swasta, seluruh pengerjaan unit hunian mengandalkan semangat gotong royong lintas elemen. Evi Yandri menyebut aksi ini sebagai kolaborasi kemanusiaan yang melibatkan pemerintah, masyarakat, relawan, hingga sektor swasta demi memulihkan kehidupan warga terdampak.
Selain fokus di Kecamatan Pauh untuk 100 kepala keluarga, pihak panitia juga menyiapkan pembangunan serupa di Kecamatan Kuranji. Lokasi tersebut akan menampung 30 kepala keluarga yang juga kehilangan harta benda akibat terjangan banjir bandang.
Struktur huntara mandiri di Padang ini mengusung desain sederhana namun fungsional. Bangunan tersebut memberikan perlindungan maksimal dari cuaca ekstrem dan risiko penyakit yang sering muncul di tenda terbuka.
Panitia pembangunan memberikan perhatian khusus pada aspek kesehatan dengan menyediakan fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) secara terpisah dari unit hunian. Langkah ini bertujuan menjaga kualitas sanitasi lingkungan dan mencegah penyebaran wabah penyakit di area pemukiman sementara tersebut. Relawan di lokasi menekankan bahwa lingkungan yang manusiawi menjadi syarat utama dalam pembangunan hunian pascabencana ini.
Proses pengerjaan fisik bangunan melibatkan berbagai unsur relawan yang bekerja bahu-membahu setiap hari. Sejumlah pihak yang terjun langsung ke lapangan antara lain:
-
Siswa SMK Negeri 5 Padang
-
Personel Tagana dari Provinsi Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, dan Mentawai
-
Anggota TNI dan Polri
-
Warga setempat
Kerja sama lintas instansi dan daerah ini menunjukkan kuatnya solidaritas nasional dalam membantu pemulihan Sumatera Barat. Pemerintah menargetkan seluruh unit rampung dalam waktu dua minggu agar warga bisa segera menata kembali kehidupan mereka di tempat yang lebih stabil.




