
Salingka Media – Tragedi banjir dan longsor di Pulau Sumatera terus memicu keprihatinan mendalam, dengan data korban jiwa yang terus bertambah signifikan. Hingga hari Minggu (14/12), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis pembaruan data yang mengejutkan: total korban meninggal dunia kini mencapai 1.016 jiwa. Angka ini melonjak 10 orang dari laporan sehari sebelumnya, menegaskan betapa dahsyatnya dampak serangkaian bencana yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Pemerintah bersama tim SAR terus bekerja keras memastikan tidak ada warga yang terlewatkan dalam penanganan krisis ini.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa penambahan jumlah korban meninggal dunia berasal dari hasil kerja keras tim SAR di lapangan. Proses pencarian intensif berhasil menemukan 10 jenazah tambahan.
“Tim gabungan SAR hari ini menemukan 10 jasad lagi. Sembilan korban ditemukan di wilayah Aceh dan satu korban lagi kami temukan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Penambahan ini membuat total korban meninggal dunia yang sebelumnya 1.006 jiwa kini menjadi 1.016 jiwa,” jelas Abdul dalam keterangan resminya.
Di saat yang sama, BNPB juga mencatat penurunan jumlah korban hilang, dari angka sebelumnya menjadi 212 orang. Namun, perubahan data ini tidak selalu sejalan dengan penemuan jenazah. Abdul Muhari menekankan bahwa akurasi data membutuhkan proses verifikasi yang ketat dan berkelanjutan.
Abdul menjelaskan, data korban hilang tidak selalu berkurang 10 ketika korban meninggal bertambah 10. Hal ini disebabkan proses identifikasi yang dinamis. Misalnya, ada korban yang sudah ditemukan ternyata bukan berasal dari wilayah yang dilaporkan, atau bahkan tercatat ganda dalam sistem.
Untuk mengatasi tumpang tindih data, BNPB secara konsisten menerapkan identifikasi by name by address. “Kami memastikan pencatatan benar-benar sesuai dengan identifikasi per nama dan per alamat di masing-masing kabupaten dan kota. Dinamika semacam ini masih terus kami temui di lapangan,” tambah Abdul. Prinsip verifikasi ketat ini bertujuan menjamin setiap data korban bencana Sumatera akurat dan valid.
Selain data korban jiwa dan hilang, BNPB juga melaporkan adanya penurunan jumlah pengungsi. Jika sehari sebelumnya mencapai 654 ribu orang, kini angkanya berkurang menjadi 624.670 jiwa.
Namun, Abdul menegaskan bahwa penurunan ini belum bisa disimpulkan sebagai kondisi normal. Pemerintah perlu mengonfirmasi apakah warga benar-benar sudah kembali ke rumah, atau hanya berpindah dari posko terpusat ke lokasi pengungsian mandiri.
“Meskipun banyak warga tidak lagi tinggal di pos pengungsian resmi, mereka masih sangat bergantung pada suplai bantuan logistik, dapur umum, dan pasokan pangan dari pemerintah serta relawan. Kami memastikan tidak ada kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak terlewatkan,” tutupnya.
Hingga saat ini, pemerintah bersama seluruh unsur penanggulangan bencana memfokuskan upaya pada pencarian korban hilang, pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi, dan menjaga akurasi data. Validitas data menjadi landasan penting untuk perencanaan bantuan pangan, kesehatan, dan program pemulihan kehidupan masyarakat terdampak agar berjalan tepat sasaran.





