Flim  

Vino G. Bastian Ajak Berjuang Melawan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan Melalui Film Horor ‘Shutter’

Suara Lantang Vino G. Bastian untuk Ruang Aman: Horor 'Shutter' Jadi Pemicu Kampanye Stop Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan

Vino G. Bastian Ajak Berjuang Melawan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan Melalui Film Horor 'Shutter'
Vino G. Bastian Ajak Berjuang Melawan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan Melalui Film Horor ‘Shutter’ – Dok. Foto Via falconpictures_

Salingka Media – Isu gelap yang kerap tersembunyi di balik dinding institusi formal kini diangkat ke layar lebar. Aktor kenamaan Indonesia, Vino G. Bastian, telah mengambil langkah berani dengan menjadikan proyek film horor terbarunya, Shutter, sebagai medium utama untuk menyuarakan kampanye yang sangat mendesak, yaitu stop kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Sebagai seorang ayah yang memiliki anak perempuan, kepedulian Vino terhadap terciptanya lingkungan yang benar-benar aman bagi para pelajar dan mahasiswa menjadi perhatian serius yang perlu diperjuangkan.

Film Shutter versi Indonesia, yang merupakan adaptasi dari horor legendaris Thailand, bukan hanya sekadar menawarkan ketegangan supranatural, tetapi juga menyimpan pesan sosial yang mendalam. Menurut suami Marsha Timothy ini, karya sinema yang dibintanginya ini memiliki misi yang jauh lebih besar dari sekadar nilai komersial. Ini adalah upaya kolektif untuk membangkitkan kesadaran publik mengenai realitas pahit yang terjadi di tempat-tempat yang seharusnya menjadi pilar keamanan dan pertumbuhan, namun justru menjadi lokasi rentan bagi tindakan kejahatan seksual dan perundungan.

Bukan tanpa alasan Vino G. Bastian memilih isu kekerasan seksual di lingkungan pendidikan sebagai fokus utama kampanye. Ia merujuk pada data terbaru yang dirilis oleh Komnas Perempuan pada April 2025. Data tersebut menunjukkan fakta ironis bahwa sebagian besar kasus kekerasan seksual, termasuk perundungan atau bullying, justru marak terjadi di area yang secara umum dianggap paling aman, yaitu institusi pendidikan, baik sekolah maupun kampus.

Baca Juga :  Film 'Tuhan, Izinkan Aku Berdosa' Siap Hadir di Bioskop, Hanung Bramantyo Sampaikan Pesan Khusus untuk Penonton

Padahal, tempat-tempat ini didirikan dengan tujuan mulia, sebagai ruang di mana setiap individu dapat belajar, berkembang, dan berinteraksi tanpa rasa takut atau khawatir akan ancaman. Kenyataan bahwa lingkungan pendidikan justru menjadi sarang predator atau tempat rentan bagi korban sungguh memprihatinkan dan menjadi alarm bagi seluruh elemen masyarakat.

Vino G. Bastian menegaskan, peran sebagai aktor dan seniman memberinya platform untuk berpartisipasi dalam perubahan. Film Shutter adalah salah satu cara, meski kecil, untuk menyalurkan suara demi mengkampanyekan gerakan #safespaceforall. Harapan besarnya adalah agar karya ini dapat menyebarkan energi positif dan mendorong terciptanya ruang aman bagi setiap individu, khususnya perempuan, di mana pun mereka berada, terutama di tengah sistem akademik.

Adaptasi Shutter versi Indonesia ini dibintangi oleh deretan nama besar di dunia perfilman. Selain Vino G. Bastian, film ini juga melibatkan talenta seperti Anya Geraldine, Niken Anjani, Donny Alamsyah, dan Nugie, serta banyak aktor pendukung lainnya. Meskipun diadaptasi dari kisah horor sukses, versi Indonesia ini diperkaya dengan dimensi sosial yang membuatnya lebih relevan dengan kondisi kontemporer di Tanah Air.

Baca Juga :  Dua Pemuda Ditangkap Usai Dugaan Persetubuhan Anak di Bawah Umur di Pesisir Selatan

Masyarakat sering kali melihat film remake hanya sebagai upaya daur ulang cerita. Namun, Shutter hadir dengan perspektif baru, menjadikannya bukan sekadar jualan ulang film horor. Ia memanfaatkan genre yang populer ini sebagai kendaraan yang efektif untuk menyampaikan pesan sosial yang kompleks dan sensitif, yaitu mengenai pentingnya menghentikan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan.

Dalam konteks cerita, teror supranatural yang dihadirkan bisa jadi merupakan representasi dari trauma mendalam dan keadilan yang belum tercapai. Seringkali, hantu dan bayangan dalam kisah horor menjadi metafora bagi rahasia kelam masa lalu yang menolak untuk dilupakan dan terus menghantui mereka yang terlibat. Dengan demikian, penonton tidak hanya diajak merasakan kengerian visual tetapi juga merenungkan dampak psikologis dan sosial dari kekerasan yang terjadi.

Film Shutter sendiri dijadwalkan akan mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada tanggal 30 Oktober 2025. Pemilihan waktu tayang yang dekat dengan momen Halloween ini diharapkan mampu menarik perhatian audiens yang lebih luas. Melalui kisah teror dan misteri, pesan tentang pentingnya ruang aman dan kampanye stop kekerasan seksual di lingkungan pendidikan akan disampaikan secara masif.

Baca Juga :  Bejat! Bocah 12 Tahun di Mentawai Dihamili Kakek dan Paman, Modus Uang Jajan Menjerat Korban

Kesimpulannya, keterlibatan Vino G. Bastian dalam Shutter menegaskan bahwa industri hiburan dapat dan harus menjadi bagian dari solusi untuk masalah sosial. Film ini adalah undangan terbuka bagi publik untuk tidak lagi menutup mata terhadap isu kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Ini adalah seruan untuk bersuara, bertindak, dan secara kolektif menciptakan lingkungan yang benar-benar melindungi dan mendukung semua pihak, selaras dengan semangat #safespaceforall yang diusung oleh Vino dan tim produksi. Mari kita jadikan Shutter bukan hanya tontonan, tetapi juga awal dari gerakan nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *