Menguak Misteri: Alasan Ilmiah Pulau Jawa dan Sumatra Terpisah Sejak Dulu

Menguak Misteri: Alasan Ilmiah Pulau Jawa dan Sumatra Terpisah Sejak Dulu
Foto : Via mediaseruni

Pemisahan geografis antara Pulau Jawa dan Sumatera yang kini dibatasi oleh Selat Sunda merupakan hasil dari rangkaian proses geologi kompleks yang berlangsung selama jutaan tahun. Fenomena ini tidak hanya dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik yang mendasar, tetapi juga oleh aktivitas vulkanik yang intens di wilayah tersebut.

Menurut para ahli geologi, faktor utama di balik pemisahan ini adalah dinamika penunjaman Lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Eurasia. Proses subduksi ini tidak hanya membentuk busur vulkanik yang membentang di sepanjang Sumatra, Jawa, hingga kepulauan Nusa Tenggara, yang dikenal sebagai Busur Sunda, tetapi juga menyebabkan pembentukan berbagai struktur geologi signifikan. Informasi lebih lanjut mengenai bagaimana subduksi lempeng India di bawah Lempeng Sunda membentuk busur vulkanik di Indonesia bagian barat dapat ditemukan dalam penjelasan Geologi Indonesia.

Lebih spesifik, pembukaan dan pemisahan kedua pulau ini sangat terkait dengan aktivitas sesar besar di Sumatra. Studi menunjukkan bahwa inisiasi pembukaan Selat Sunda dimulai pada akhir Miosen, menyusul pembentukan Sesar Sumatra pada awal Miosen. Selat Sunda terbentuk akibat pergerakan dekstral Sesar Sumatra, yang bersamaan dengan pergerakan barat laut blok Sumatra forearc, menyebabkan deformasi ekstensional di area Selat Sunda dan laut di sekitarnya. Diagram yang disederhanakan mengenai evolusi struktural ini dapat dilihat dalam penelitian tentang Evolusi Struktur Selat Sunda dan juga didukung oleh studi tentang Selat Sunda dan Sesar Sumatra Pusat.

Aktivitas vulkanik juga memainkan peran krusial dalam membentuk morfologi Selat Sunda. Kehadiran Gunung Krakatau, yang terletak strategis di tengah selat, menjadi bukti kuat dinamika vulkanik di area tersebut. Letusan dahsyat Krakatau pada tahun 1883, yang membentuk kaldera besar dan memicu tsunami, secara signifikan mengubah lanskap di sekitarnya. Peristiwa ini dijelaskan secara rinci dalam artikel tentang Erupsi Krakatau 1883. Bahkan hingga kini, aktivitas vulkanik terus berlanjut dengan munculnya Anak Krakatau dari kaldera tersebut, menegaskan bahwa wilayah ini merupakan zona vulkanik aktif yang membentuk geografi regional. Informasi tambahan mengenai peran Krakatau di Selat Sunda dapat ditemukan di EBSCO Research Starters – Sunda Strait dan Britannica – Sunda Strait.

Baca Juga :  5 Hari 5 Malam Menembus Hutan Belantara yang Ekstrem, Ekspedisi Padang - Solok, dari Lubuak Tampuruang Menuju Koto Sani Solok Temuan yang jadi Catatan

Meskipun sumber yang disediakan tidak secara spesifik menyoroti penurunan permukaan laut sebagai penyebab awal pemisahan, secara ilmiah, perubahan permukaan laut global (seperti selama periode glasial atau zaman es) diketahui dapat menciptakan “jembatan darat” atau perairan dangkal. Naiknya permukaan laut setelah zaman es dapat membanjiri cekungan rendah yang terbentuk oleh proses tektonik, sehingga memisahkan daratan yang sebelumnya terhubung.

Dengan demikian, terpisahnya Pulau Jawa dan Sumatera adalah contoh nyata bagaimana interaksi kompleks antara lempeng tektonik, aktivitas sesar, dan dinamika vulkanik telah membentuk bentang alam Indonesia selama jutaan tahun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *