Terkuak! Jejak Pembunuhan Berantai di Padang Pariaman: Tiga Wanita Muda Meregang Nyawa di Tangan Pria Berkaus Superman

Terkuak! Jejak Pembunuhan Berantai di Padang Pariaman Tiga Wanita Muda Meregang Nyawa di Tangan Pria Berkaus Superman
SJ alias Wanda (25), yang diduga menjadi pelaku pembunuhan terhadap tiga perempuan di Padang Pariaman, berhasil diamankan aparat di kediamannya yang berada di wilayah Pasar Usang, Nagari Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, pada Kamis (19/6) menjelang subuh. Foto: IST via sumbarkita.id

Salingka Media – Kabar mengejutkan mengguncang Padang Pariaman setelah terungkapnya kasus pembunuhan berantai yang menewaskan tiga wanita muda. Sosok di balik kejahatan keji ini adalah SJ alias Wanda (25), seorang pemuda yang ironisnya tertangkap mengenakan kaus bergambar Superman. Kasus ini menjadi sorotan tajam, mengungkap fakta-fakta mengerikan di balik hilangnya sejumlah mahasiswi di daerah tersebut.

Kronologi Mengerikan: Dari Sumur Tua hingga Potongan Tubuh di Sungai

Kepolisian Resor Padang Pariaman, melalui Kapolres AKBP Ahmad Faisol Amir, berhasil mengungkap rentetan pembunuhan berantai ini setelah penangkapan Wanda pada Kamis (19/6) dini hari. Penangkapan ini berawal dari penyelidikan kasus mutilasi Septia Adinda (25), yang jasadnya ditemukan secara tragis di aliran Sungai Batang Anai pada Selasa (17/6) pagi. Potongan tubuh tanpa kepala, tangan, kaki, dan alat kelamin korban ditemukan pertama kali, disusul penemuan bagian tubuh lain seperti potongan kaki, serta kepala dan tangan terbungkus kain sarung di Pantai Padang Sarai, Kota Padang.

Dalam pemeriksaan intensif, Wanda mengakui perbuatannya membunuh dan memutilasi Septia Adinda menjadi sepuluh bagian di sebuah kebun terpencil di Korong Kapalo Banda, Nagari Sungai Buluah Timur, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman, pada Minggu (15/6) sekitar pukul 15.00 WIB. Motifnya? Sakit hati karena korban belum mengembalikan uang pinjaman senilai Rp3,5 juta. Dari sepuluh potongan tubuh, baru empat yang berhasil ditemukan, sementara sisanya masih dalam pencarian intensif oleh tim gabungan Polres Padang Pariaman dan BPBD.

Namun, pengakuan Wanda tak berhenti sampai di situ. Ia juga mengaku bertanggung jawab atas hilangnya dua mahasiswi lainnya, Siska Oktavia Rusdi (23) atau akrab disapa Cika, dan Adek Gustiana (24), yang telah dilaporkan hilang sejak Januari 2024. Jasad keduanya ditemukan dalam kondisi tinggal tulang belulang di dalam sumur tua di kawasan Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, tak jauh dari rumah pelaku.

Motif di Balik Kekejaman dan Skenario Pengalihan

Motif pembunuhan berantai ini bervariasi. Untuk Septia Adinda, dendam karena masalah utang menjadi pemicu utama. Sementara untuk Siska dan Adek, Wanda mengaku sakit hati karena merasa dikhianati dalam hubungan asmara. Ia mengklaim menjalin hubungan dengan Siska, namun merasa Siska berselingkuh dan Adek dituding sebagai dalang di balik perselingkuhan tersebut. Rasa sakit hati yang mendalam inilah yang mendorong Wanda melakukan aksi keji pada awal 2024, tak lama setelah keduanya dilaporkan hilang.

Sumur tua di belakang rumah Wanda, yang sudah lama tak terpakai dan tertutup rapat, menjadi tempat persembunyian kejahatan ini. Penemuan sepeda motor Yamaha Mio M3 milik korban Siska dan Adek sebelas hari setelah keduanya hilang di dekat Kampus MTI Tabing, Padang, ternyata bukanlah kebetulan. Wanda mengakui bahwa ia sendiri yang meletakkan motor tersebut sebagai bagian dari skenario untuk mengalihkan perhatian polisi. “Sepeda motor itu saya bawa dan saya rebahkan. Saya tebarkan juga sandal mereka, terus saya pulang,” ujarnya dengan nada datar.

Baca Juga :  Dr. Puskesmas Asal Padang Sabet Gelar Dokter Puskesmas Teladan Terbaik

Sosok Pendiam yang Menyimpan Kengerian

Wanda, yang dikenal sebagai pemuda pendiam dan menyendiri di Korong Lakuak, Nagari Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, kini menjadi sorotan nasional. Warga sekitar tak menyangka bahwa sosok yang sering terlihat hanya tersenyum kecil atau berpura-pura tidak melihat saat berpapasan ini, menyimpan sisi gelap yang mengerikan. Beberapa warga menyebut Wanda sempat merantau dan pulang tiba-tiba tanpa alasan jelas, bahkan ada desas-desus terlibat dalam pergaulan bebas.

Saat ditangkap, Wanda mengenakan kaus oblong kuning bergambar logo “S” besar khas Superman, sebuah ironi yang menyayat hati. Alih-alih menjadi pahlawan yang membela kebenaran, ia justru menjadi terduga pelaku kejahatan paling sadis di kampung halamannya.

Ancaman Hukuman Mati dan Penyelidikan Berlanjut

Atas perbuatannya, SJ alias Wanda dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dan Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan. Ancaman hukuman maksimal bagi pelaku adalah hukuman mati atau penjara seumur hidup. Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, menegaskan bahwa kasus ini menjadi atensi khusus kepolisian karena tingkat kekejamannya yang tinggi.

Polisi telah memeriksa setidaknya lima saksi, termasuk warga sekitar dan keluarga korban. Wanda, yang tinggal bersama ibunya di rumah yang menjadi lokasi kejadian, kini mendekam di tahanan Polres Padang Pariaman. Pihak kepolisian juga tidak menutup kemungkinan adanya korban lain dan terus mendalami keterlibatan pelaku dalam kasus-kasus lain. Informasi dari masyarakat sangat dibutuhkan untuk menuntaskan penyelidikan ini dan memastikan semua korban mendapatkan keadilan.

Kasus pembunuhan berantai ini telah meninggalkan trauma mendalam bagi warga Padang Pariaman, terutama setelah mengetahui detail potongan tubuh korban yang ditemukan berserakan dan dua lainnya yang dikuburkan di sumur. Kewaspadaan masyarakat pun kini meningkat, terutama terhadap anak-anak remaja mereka.

Tinggalkan Balasan